Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan bahwa prospek ekonomi pada tahun ini lebih baik ketimbang tahun lalu. Salah satu penyebabnya, adalah kondisi mata uang dolar AS yang tak sekuat tahun lalu karena ada sinyal The Fed akan mempertahankan atau menurunkan tingkat suku bunganya.
"Suku bunga kan sementara ini diproyeksikan maintain dan mungkin mereka akan menurunkan. Sentimen ini akan berdampak ke rupiah," kata dia saat berkunjung ke Media Grup, Kamis, 16 Mei 2019.
Pergerakan suku bunga akan memengaruhi gerak mata uang dolar AS. Kenaikan mata uang dolar AS akan mempengaruhi margin keuntungan perusahaan karena selama ini produk perusahaan sebagian besar berbahan baku impor. Kenaikan mata uang dolar AS bisa menggerus margin laba bersih perusahaan dan begitu juga sebaliknya.
Sementara itu, faktor pendorong lainnya adalah dari kenaikan belanja konsumsi. Pada tahun pemilu dia mengatakan tren konsumsi meningkat karena banyak orang aktif berkampanye sehingga memicu pengeluaran untuk barang-barang yang sifatnya konsumtif.
"Sektor konsumsi kalau orang udah spending akan positif. Apalagi dengan gaji ke 13 orang akan beli sesuatu dan beli makanan dan ekstra sesuatu. Mungkin mereka akan beli Mixagrip atau Hydro Coco dan banyak hal yang ada dampak ke kita juga. Apalagi tren ekonomi semakin membaik dengan tumbuh lima persen ke atas," kata dia.
Dia menekankan bahwa yang paling penting adalah kestabilan kondisi politik dan ekonomi pascapemilu. Ketika kondisi ekonomi stabil maka baik perusahaan besar dan kecil akan aktif kembali berbisnis dan memutar roda ekonomi.
"Mungkin mereka beli barang lebih banyak dan sentimen positifnya lebih banyak. Kalau market share kami untuk obat bebas 8-9 persen, susu sekitar 12-13 persen. Total masih di belasan persen. Porsi market share kami tak banyak berubah dibandingkan tahun lalu," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News