Mengutip Bloomberg, Rabu, 29 Januari 2020, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi menguat ke level Rp13.624 per USD. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp13.624 hingga Rp13.631 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.433 per USD.
Sementara itu, kekhawatiran tentang kejatuhan ekonomi akibat wabah virus korona (coronavirus) di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) masih terus mendukung mata uang safe-haven di akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Adapun indeks dolar Amerika Serikat berada di tertinggi dua bulan dan franc Swiss di tertinggi hampir tiga tahun terhadap euro.
Meskipun pasar global telah agak stabil setelah aksi jual pada Senin waktu setempat (Selasa WIB), penghindaran risiko di pasar mata uang bertahan dengan dolar Australia mengalami pelemahan terbesar dan greenback menguat ke tertinggi delapan minggu terhadap sekeranjang enam mata uang saingan.
Yen Jepang turun dari tingkat tertinggi Senin waktu setempat (Selasa WIB), terakhir melemah 0,26 persen menjadi diperdagangkan pada 109,17 yen per dolar AS.
"Penentuan posisi risk-off (penghindaran risiko) telah mendingin meskipun sentimen investor jelas tetap waspada dihadapkan pada teka-teki risiko tak terduga epistemologis tentang seberapa buruk dan seberapa luas dan seberapa ekonomis wabah Koronavirus akan merusak," tulis analis di Action Economics.
Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan RRT yakin akan mengalahkan virus korona yang telah menewaskan 106 orang. Namun, terlepas dari kepercayaannya, ketakutan internasional telah meningkat. Dari pemerintah Prancis hingga Jepang mengorganisasir evakuasi, sementara Hong Kong berencana untuk menangguhkan hubungan kereta api dan feri dengan daratan.
Franc Swiss, investasi safe-haven tradisional bersama dengan yen dan dolar telah menguat menjadi 1,067 franc per euro, tertinggi sejak April 2017. Franc telah mengambil kembali beberapa kenaikan tersebut dalam perdagangan Amerika Utara, dengan terakhir melemah 0,28 persen pada 1,071 franc per euro.
Pasar saham global dan harga minyak telah anjlok dalam beberapa hari terakhir di tengah kekhawatiran bahwa virus ini akan makin merusak ekonomi Tiongkok yang sudah melemah. Itu juga secara singkat membalikkan kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor tiga bulan dan 10 tahun, yang dianggap sebagai prediktor resesi cukup andal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News