Aktivitas di BTPN -- FOTO ANTARA/Rosa Panggabean/
Aktivitas di BTPN -- FOTO ANTARA/Rosa Panggabean/

Laba BTPN Anjlok Menjadi Rp1,85 Triliun

Dian Ihsan Siregar • 03 Maret 2015 16:37
medcom.id, Jakarta: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) meraih laba bersih sebesar Rp1,85 triliun sepanjang 2014, atau turun 13,14 persen dari posisi sebesar Rp2,13 triliun di akhir 2013.
 
"Kenaikan suku bunga acuan sejak semester II-2013 lalu mengerek bunga deposito. Ini tentu berpengaruh pada cost of fund kami. Namun kami optimistis, dengan modal kinerja yang sehat, dan dengan dukungan SMBC sebagai pemegang saham mayoritas, ke depan BTPN akan mampu bertumbuh bahkan lebih baik lagi," kata Direktur Utama BTPN, Jerry Ng, mengutip laporannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (3/3/2015).
 
Fokus dan konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk masyarakat prasejahtera produktif (mass market), menurut Jerry, membuat BTPN terus memperkuat perannya dalam memberdayakan masyarakat dari segmen tersebut.

Hal itu terlihat dari penyaluran kredit sepanjang 2014 yang tumbuh moderat dengan tingkat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang rendah. Pada akhir 2014, kredit tumbuh 13 persen secara year on year (yoy) dari posisi Rp46,1 triliun di 2013 menjadi Rp52 triliun di akhir tahun lalu. Pertumbuhan kredit BTPN ini sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri yang berada pada kisaran 12 persen.
 
"Kami bersyukur dapat tumbuh di tengah situasi perekonomian yang menantang. Yang menggembirakan, penyaluran kredit ke segmen UMKM mampu tumbuh 22 persen di 2014. Ini menunjukkan aktivitas bisnis di segmen UMKM kembali menggeliat, setelah sempat melambat lebih dari setahun terakhir," ungkap dia.
 
Selain membiayai segmen UMKM, BTPN juga menyalurkan kredit ke para pensiunan, dan melalui anak usaha BTPN Syariah juga menyalurkan kredit ke kelompok masyarakat prasejahtera produktif (productive poor). Penyaluran dana ke segmen productive poor tumbuh 85 persen dari Rp1,35 triliun di 2013 menjadi Rp2,5 triliun di 2014.
 
Kenaikan penyaluran kredit tetap diimbangi dengan penerapan asas kehati-hatian yang tercermin dari NPL gross tetap terjaga di 0,7 persen di 2014. Hal ini tidak terlepas dari strategi BTPN yang memberikan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan kepada nasabah.
 
Pelatihan dan pendampingan yang dikenal dengan Program Daya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nasabah yang meliputi para pensiunan, pelaku UMKM, serta komunitas prasejahtera produktif.
 
"Nasabah yang disiplin mempraktekkan pelatihan keuangan dalam mengelola usahanya, merasakan langsung manfaat Program Daya," ujar Jerry.
 
Sepanjang 2014, BTPN telah menyelenggarakan 143.277 aktivitas Daya, naik 59 persen (yoy). Sedangkan jumlah peserta Program Daya mencapai 1.770.299 nasabah atau meningkat 16 persen (yoy). Data ini menunjukkan tingginya minat nasabah untuk mengikuti program pemberdayaan.
 
Adapun untuk menyesuaikan laju pertumbuhan kredit, BTPN menyeimbangkan porsi pendanaan dengan memperhatikan kecukupan likuiditas. Pada akhir 2014, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp53,3 triliun, tumbuh dua persen dari periode yang sama tahun lalu Rp52,2 triliun.
 
Sementara itu, pendanaan yang bersumber dari pinjaman bilateral dan obligasi sebesar Rp8,2 triliun, meningkat 29 persen dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp6,36 triliun. Dengan demikian, pada 2014 total funding BTPN tumbuh lima persen (yoy). Diversifikasi sumber pendanaan merupakan salah satu langkah yang diambil BTPN untuk meringankan biaya dana (cosf of fund).
 
"2014 adalah periode penuh tantangan bagi industri perbankan. Dalam menyikapinya, BTPN berfokus melakukan hal-hal fundamental secara konservatif dan hati-hati, antara lain menjaga kecukupan likuiditas, menjaga kualitas kredit dengan baik, serta mengelola biaya bunga dan biaya operasional secara cermat," jelas dia.
 
Dengan menyeimbangkan pengumpulan DPK dan penyaluran kredit, BTPN mencatat tingkat rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) mencapai 97 persen. Namun, apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 84 persen.
 
"Jika memasukkan komponen ekuitas, rasio likuiditas kami sebesar 71 persen. Rasio ini menunjukkan likuiditas kami masih sangat kuat dan sehat," kata Jerry.
 
Pertumbuhan yang cukup moderat di sisi kredit dan DPK, mendorong peningkatan aset BTPN sebesar delapan persen (yoy) dari Rp69,7 triliun menjadi Rp75 triliun di 2014. Adapun rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23,3 persen, jauh di atas ambang batas ideal yang ditentukan regulator.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan