"Arab Saudi memang pasar yang bagus. Jadi kita harus mencari partner yang sangat kuat jadi rencana kami tahap awal di ritel outlet. Sekarang kita punya 31 apotek di Jeddah dan Mekkah. Dua tahun ke depan, kami akan punya 90 apotek di sana," ungkap Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir, ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin, 5 Maret 2018.
Sebanyak 90 apotek akan menggunakan dana investasi perseroan. Dia mengatakan dana untuk membangun satu apotek menghabiskan dana Rp500 juta sampai Rp1 miliar. "Untuk apotek atau outlet kita anggarkan satu outlet hingga Rp1 miliar," jelas dia.
Hingga saat ini, dia mengaku, produk yang laku di pasar Arab Saudi adalah kosmetik dan suplemen. Sebab, kaum hawa yang ada di sana masih sering dandan, meskipun mereka menggunakan cadar. "Mereka spending money-nya ke kosmetik dan suplemen. Karena, BPJS mereka sudah bagus banget. Walaupun pakai cadar, mereka tetap dandan. Mereka open minded (terbuka) lah soal make up," pungkas dia.
Arab Saudi, dia menambahkan, sebagai pintu masuk ke Timur Tengah yang diestimasikan memiliki nilai pasar farmasi USD20 miliar. Untuk jangka panjang, perusahaan akan masuk ke kawasan middle east dan North Africa.
“Keberadaan Kimia Farma di Arab Saudi mendukung program pemerintah dalam pelayanan jamaah haji dan umrah," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News