Laba bersih relatif stabil sebesar Rp1,49 triliun atau tumbuh tipis 0,8 persen dibanding kuartal III-2014 sebesar Rp1,48 triliun. Pertumbuhan laba bersih terutama disebabkan oleh perbaikan beban keuangan dan penghasilan bunga, serta meningkatnya pendapatan operasi lainnya.
Direktur Keuangan Kalbe Farma Vidjongtius, mengatakan, kinerja perseroan hingga kuartal ketiga 2015 masih menunjukkan dampak kondisi makroekonomi Indonesia yang kurang kondusif, terutama pelemahan daya beli dan nilai tukar Rupiah yang berfluktuasi. Di tengah kondisi yang sulit, Perseroan masih mampu membukukan pertumbuhan positif, terutama untuk produk internal Perseroan.
"Ke depan, kami tetap optimistis akan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia dan kinerja Perseroan. Di tengah kondisi yang sulit, kami melanjutkan strategi untuk mendorong inovasi sebagai penggerak pertumbuhan di masa mendatang, terutama untuk menawarkan produk dan jasa yang sesuai kebutuhan masyarakat. Kami juga berupaya mengambil langkah-langkah perbaikan seperti pengendalian biaya dan peningkatan kualitas," katanya, seperti mengutip keterangan tertulisnya, Jumat (30/10/2015).
Penjualan yang menurun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, dia menjelaskan, karena lemahnya daya beli masyarakat, dampak penarikan salah satu obat resep dan berakhirnya kontrak distribusi dengan salah satu prinsipal pihak ketiga yang tidak dilanjutkan sejak akhir 2014.
Menurut dia, dengan mempertimbangkan situasi makroekonomi yang belum stabil, nilai tukar Rupiah yang berfluktuasi serta kondisi kompetisi pasar, perseroan memperkirakan pertumbuhan penjualan bersih 2015 sebesar 2-3 persen dengan pertumbuhan laba bersih negatif 3-4 persen. Target marjin laba operasional direvisi menjadi 14-15 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News