Ilustrasi. (AFP PHOTO/Adek Berry)
Ilustrasi. (AFP PHOTO/Adek Berry)

Rupiah Lemah, Laba Lippo Karawaci Tergerus 79,05%

Dian Ihsan Siregar • 04 Maret 2016 14:22
medcom.id, Jakarta: PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatat laba bersih sebesar Rp535,38 miliar di 2015 atau anjlok sebanyak 79,05 persen bila dibandingkan dengan laba sebesar Rp2,55 triliun di 2014.
 
Turunnya laba bersih ini disebabkan lesunya pendapatan perseroan menjadi Rp8,91 triliun di 2015, atau turun dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp11,65 triliun.
 
Presiden Direktur LPKR, Ketut Budi Wijaya, mengatakan kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh perekonomian Indonesia yang menantang termasuk volatilitas rupiah. Selain itu, keyakinan konsumen melemah secara kumulatif sehingga menciptakan sikap menunggu serta melihat-lihat keadaan bagi para calon pembeli properti.

"Ini merupakan tahun yang penuh tantangan bagi sektor properti. Kondisi makroekonomi global yang lemah yang terutama disebabkan oleh merosotnya harga minyak dan komoditas, telah memperlemah nilai tukar rupiah yang pada gilirannya berimbas pada laju perekonomian Indonesia, serta pada tahap selanjutnya mengurangi laju permintaan terhadap properti," kata Ketut dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat (4/3/2016).
 
Meski total pendapatan di 2015 menurun dibanding 2014, pendapatan operasional perseroan di luar pendapatan extraordinary dari penjualan aset ke REITS meningkat sebesar tujuh persen menjadi Rp8,9 triliun di 2015 dari Rp8,3 triliun di 2014.
 
Pendapatan properti turun sebesar 5,1 persen menjadi Rp3,4 triliun, dan memberikan kontribusi 38 persen terhadap total pendapatan. Hal ini terutama karena tertundanya penjualan aset ke REITS di 2015.
 
Tanpa memperhitungkan penjualan aset ke REITS, Pendapatan dari Divisi Urban Development naik 16 persen menjadi Rp2,6 triliun, yang terutama didukung oleh pendapatan Lippo Cikarang dari sektor residensial yang naik 46 persen menjadi Rp1,4 triliun.
 
"Pendapatan dari divisi Large Scale Integrated turun sebesar 42 persen menjadi Rp773 miliar pada  2015 di mana pengakuan pendapatan dari Kemang Village telah menurun tajam menjadi Rp239 miliar dibandingkan dengan Rp718 miliar pada 2014, yang disebabkan telah selesainya sebagian besar dari proyek fase pertama," ungkapnya.
 
Sementara itu, Ketut menyampaikan, pendapatan berulang (recurring income) perseroan mengalami pertumbuhan 18 persen menjadi Rp5,5 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 62 persen terhadap total pendapatan.
 
"Dengan kondisi perlambatan di bisnis properti, pendapatan recurring semakin memainkan peranan penting dalam menyeimbangkan pendapatan bisnis kami serta menjaga rasio kontribusi 50:50 dari pendapatan properti dan pendapatan recurring," jelas dia.
 
Hal ini, sekali lagi membuktikan pentingnya memiliki arus pendapatan yang seimbang terutama pada saat sektor properti melambat. Dirinya dengan senang melaporkan bahwa pendapatan recurring bertumbuh sebesar 18 persen, terutama didukung oleh pertumbuhan divisi kesehatan sebesar 24 persen serta manajemen aset sebesar 14 persen.
 
Gejolak pasar global yang dipicu oleh jatuhnya harga minyak mentah sepanjang tahun lalu, menurut Ketut, telah meluluhlantakan pasar obligasi global. Oleh sebab itu, pada Januari 2016, perseroan memutuskan untuk membatalkan penawaran pertukaran obligasi jatuh tempo pada 2019 dengan obligasi baru yang akan jatuh tempo pada 2023.
 
"Kami masih memiliki waktu yang cukup selama tiga tahun ke depan sebelum jatuh tempo. Dan kami siap untuk kembali masuk ke pasar jika tersedia kesempatan yang baik. Sementara itu, kami berhasil mendapatkan persetujuan perubahan dalam ketentuan dan persyaratan (covenants) untuk seluruh obligasi yang memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan neraca serta arus kas perusahaan," pungkas Ketut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan