"Sampai Juli, kontrak baru dikelola sudah tercapai Rp6,3 triliun, carry over Rp10,2 triliun, sekarang jadi Rp16,5 triliun. Naik dari posisi Rp12-an triliun di tahun lalu," ungkap Sekretaris Perusahaan Waskita Beton Precast Ratna Ningrum, ditemui di Gedung BEI, SCBD Sudirman, Jakarta, Selasa 22 Agustus 2017.
Kontrak paling besar, ujar Ratna, diraih dari proyek jalan tol Legundi-Bunder sebanyak Rp3 triliun, proyek jalan tol Bekasi, Cawang, dan Kampung Melayu (Becakyu). "Dan kita juga dapat proyek Rp1,5 triliun di Palembang, itu proyek pembangunan LRT," ujarnya.
Dengan telah didapatkannya kontrak baru sebanyak Rp6,3 triliun di Juli 2017, lanjut dia, maka perseroan yakin bisa meraih target kontrak sebanyak Rp12,3 triliun di sepanjang tahun ini. Oleh karena itu, guna mengerek penigkatan kontrak baru, perseroan sedang mengejar kapasitas produksi sebanyak 3,25 juta ton di tahun ini, dari porsi tahun lalu hanya sebanyak 2,65 juta ton.
"Sekarang ada 11 pabrik di Jawa dan Sumatera, memang ada rencana untuk ekspansi ke Sumatera dan Kalimantan. Sekarang lagi proses mungkin penyiapan lokasinya untuk penempatan, tanahnya sudah ada," pungkas Ratna.
Waskita Beton Precast membukukan laba bersih sebesar Rp436,4 miliar di semester I-2017, atau tumbuh 28 persen bila dibanding posisi sebesar Rp341 miliar di akhir kuartal II tahun lalu.
"Laba bersih WSBP di Semester I-2017 mengalami kenaikan 28 persen menjadi Rp 436,4 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 341 miliar," kata Direktur Utama Waskita Beton Precast Jarot Subana.
Peningkatan laba, bilang Jarot, dikarenakan pendapatan perseroan yang naik sebesar 42,8 persen, dari posisi Rp1,87 triliun di Juni 2016 menjadi Rp2,67 triliun pada akhir kuartal II-2017. Peningkatan pendapatan banyak datang dari penjualan dan jasa konstruksi.
"Porsi penjualan precast sebanyak Rp1,15 triliun, penjualan ready mix sebesar Rp652 miliar. Adapun penjualan dari jasa konstruksi telah didapatkan sebesar Rp859 miliar," papar Jarot.
Kinerja pendapatan dan laba perseroan yang tampil ciamik di enam bulan pertama tahun ini, lanjut Djarot, banyak didorong oleh nilai kontrak yang diraih perseroan. Perseroan mencatat, nilai kontrak yang dibukukan sebesar Rp15,75 triliun di semester I-2017, naik dari posisi semester I tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp10,2 triliun.
"Hanya dalam satu semester, nilai kontrak yang dikelola sudah melebihi 100 persen nilai kontrak yang dikelola sepanjang 2016. Proyek datang dari ready mix, precast, PCI Grider, Girder, Spun Pile dan lainnya," jelas Jarot.
Posisi aset anak usaha dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk ini pun meningkat menjadi Rp14,28 triliun di Juni 2017, bila dibanding porsi aset sebesar Rp13,73 triliun di paruh pertama tahun lalu. "Dengan porsi liabilitas sebesar Rp6,75 triliun dan total ekuitas sebesar Rp7,52 triliun. Total aset, untuk aset lancar sebesar Rp10,77 triliun, sedangkan aset tidak lancar sebesar Rp3,5 triliun," sebut Jarot.
Sepanjang tahun ini, Jarot mengaku, WSBP membidik pendapatan usaha sebesar Rp7,75 triliun, dengan tingkat laba bersih sebesar Rp1,13 triliun. Adapun porsi kontrak baru perseroan dibidik Rp12,36 triliun, sedangkan kapasitas produksi menjadi 3,25 juta ton.
"Kalau pendapatan itu yang kita bidik naik 64,3 persen, laba bersih naik 78 persen, kontrak baru 1,3 persen, kapasitas produksi naik 22,6 persen," ujar Jarot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News