Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansyuri mengatakan keyakinan itu dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang saat ini mengalami penurunan. Penurunan harga minyak akan membuat beban pokok yang berdampak pada kenaikan laba.
"Insyaallah lihat perkembangan ICP saat ini trennya menurun harapan kita target USD2 miliar bisa dicapai," kata Pahala di kantor pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Kamis, 29 Agustus 2019.
Selain dipengaruhi ICP, lanjut Pahala, juga ada faktor pergerakan nilai tukar, konsumsi masyarakat dari BBM bersubsidi menjadi nonsubsisi, serta memastikan kinerja di hulu.
"Kita memiliki beberapa program-program, perkembangan produksi kita sampai saat ini produksi minyak positif tumbuh tujuh persen. Kita harapkan akhir tahun perkembangan gas juga pelan-pelan menuju memenuhi tartet produksi kita," tutur mantan Dirut Garuda Indonesia ini.
Adapun hingga semester I, Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar USD660 juta. Laba tersebut naik 112 persen dibanding periode sebelumnya yang sebesar USD311 juta atau setara Rp4,4 triliun.
Pahala menjelaskan kenaikan laba bersih ini terutama dipicu oleh penurunan beban pokok penjualan sebesar enam persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Penurunan beban ini salah satunya didorong oleh harga rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) pada semester 1-2019.
“Rata-rata ICP pada semester 1-2018 sekitar USD66 per barel, sementara pada semester 1 tahun ini sekitar USD63 per barel. Selain berdampak pada penurunan biaya bahan baku, secara bersamaan hal tersebut memang berpengaruh pada penurunan pendapatan. Namun karena dikombinasikan dengan efisiensi biaya operasional lainnya, biaya dapat ditekan lebih banyak lagi,” kata Pahala.
Selain itu, penurunan impor minyak mentah sebagai dampak dari penyerapan minyak mentah domestik yang semakin meningkat juga membuat biaya semakin efisien. Hingga akhir Juli 2019, total kesepakatan pembelian minyak mentah dan kondensat dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) domestik mencapai 123,6 ribu barel minyak per hari. Hal ini membuat marjin menjadi lebih baik di kisaran 14 persen untuk Gross Profit Margin dan delapan persen untuk Operating Profit Margin.
Peningkatan kinerja ini juga tercermin dari arus kas bersih dari aktivitas operasi yang makin kuat yaitu USD1,57 miliar atau meningkat dua kali lipat dari posisi semester satu tahun lalu yang sebesar USD756 juta. Sehingga meski terdapat peningkatan pada aktivitas investasi dan pembayaran pinjaman, cash-on-hand tetap terjaga di level USD7,38 miliar atay lebih baik daripada semester yang sama di tahun lalu.
Di sisi kinerja operasional hulu, produksi minyak mentah Pertamina tetap digenjot naik menjadi 413 ribu barel minyak per hari lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 385 ribu barel minyak per hari. Dalam konteks kemandirian energi dan ketersediaan energi berkualitas tinggi, proyek strategis yang berhasil diselesaikan perseroaan yakni proyek Langit Biru Cilacap. Proyek senilai USd392 juta ini telah beroperasi dan menghadirkan BBM berkualitas di Indonesia setara dengan EURO empat dengan total kapasitas yang meningkat mencapai 1,6 juta barel per bulan.
Selain itu, peningkatan volume penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada semester pertama 2019 mencapai sebesar 34,1 juta kiloliter (KL). Capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 33,9 juta KL.
Sementara itu, untuk penjualan produk non-BBM juga mengalami peningkatan dari periode sebelumnya sebesar 7,9 juta KL menjadi 8,3 juta KL. Bahkan sejak Mei 2019, Avtur dan Solar sudah tidak perlu diimpor karena telah dapat dipenuhi dari produksi kilang Pertamina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News