Mengutip Bloomberg, Kamis, 26 Desember 2019, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka menanjak ke Rp13.976 per USD. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp13.976 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.720 per USD.
Sementara itu, dolar Amerika Serikat kehilangan kekuatan pada perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB). Mata uang Paman Sam melempem di tengah libur Natal, meski ada katalis positif berupa disepakatinya kesepakatan dagang fase satu antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok.
Indeks USD, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,04 persen menjadi 97,6346 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi USD1,1090 dari USD1,1085 di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi USD1,2960 dari USD1,2958 di sesi sebelumnya.
Dolar Australia jatuh ke USD0,6918 dibandingkan dengan USD0,6923. Dolar AS turun jadi 109,28 yen Jepang, lebih rendah dibandingkan dengan 109,38 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 0,9801 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9798 franc Swiss, dan jatuh ke 1,3156 dolar Kanada dari 1,3163 dolar Kanada.
Di sisi lain, kesepakatan ekonomi dan perdagangan fase satu yang diumumkan oleh Amerika Serikat dan Tiongkok memberi sinyal bahwa dua ekonomi terbesar dunia bergerak ke arah yang benar untuk menstabilkan hubungan ekonomi mereka. Meski demikian, ada harapan agar kesepakatan komprehensif bisa segera tercapai.
"Ini adalah langkah positif yang akan mencegah kenaikan tarif lebih lanjut, yang akan berbahaya bagi ekonomi AS dan Tiongkok," kata Ekonom dan Rekan Senior Dewan Hubungan Luar Negeri Edward Alden.
Sementara itu, Rekan Senior Institut Studi Tiongkok-Amerika yang berbasis di Washington, Sourabh Gupta, juga sependapat dengan pernyataan Alden. Menurutnya kesepakatan yang dicapai AS dan Tiongkok cukup baik. Kondisi ini menandakan Tiongkok dan AS telah meletakkan ego terkait pertengkaran perdagangan di antara keduanya.
"Ini adalah kesepakatan yang cukup baik. Ini menandakan bahwa Tiongkok dan AS telah mampu meletakkan pertengkaran perdagangan, investasi, dan hak kekayaan intelektual mereka. Kemudian, bergerak ke arah yang benar dalam hal penting menstabilkan hubungan ekonomi," pungkas Gupta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News