Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Global Tak Menentu

OJK: Investor Harus Merespons Masuk ke Pasar Modal

Dian Ihsan Siregar • 15 Desember 2016 12:47
medcom.id, Jakarta: Keputusan berinvestasi di tengah ketidakpastian ekonomi global seharusnya langsung direspons baik oleh pelaku pasar atau investor pasar modal. Tapi, sebelum masuk ke instrumen investasi maka harus mengacu terlebih dahulu pada data makroekonomi domestik dan kebijakan dari pemerintah.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida, dalam seminar bertema 'Diskusi Ekonomi, Politik dan Keamanan Dalam Negeri dalam Rangka Perencanaan Strategi Bisnis 2017', di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, SCBD Sudirman, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
 
‎"Ketentuan (aturan) yang dikeluarkan pemerintah dan OJK dimungkinkan masih belum memenuhi harapan investor. Tapi sejauh ini, kebijakan pemerintah cukup berhasil menjaga ekonomi di tengah gejolak ekonomi yang terjadi di global," ungkap Nurhaida.
 
Keputusan pemerintah terkait kebijakan investasi, lanjut Nurhaida, harus diperhatikan investor untuk menentukan besaran investasi yang akan dialokasikan ke pasar modal. Tak hanya kebijakan investasi, sambung dia, keputusan untuk investasi juga harus mempertimbangkan sejumlah data-data makroekonomi domestik di saat ekonomi global yang tak pasti.

"Isu-isu makro adalah sangat penting sebagai referensi utama dalam berinvestasi," tegas Nurhaida.
 
Memang, lanjut Nurhaida, semua peristiwa global di 2016 memicu gejolak ekonomi dunia telah berdampak besar bagi kinerja pasar modal Indonesia. "Seperti isu the Fed, ekonomi Tiongkok turun sangat berpengaruh ke pasar modal global, termasuk pasar modal kita," jelas Nurhaida.
 
Meski demikian, dia menambahkan, hingga saat ini kinerja ‎Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan yang terbaik kedua di dunia. Pada awal 2016 dibuka ke posisi 4.526, sekitar September sudah mencapai 5.400-an, atau naik 11 persen.
 
"Penurunan indeks juga sempat mencapai empat persen usai terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS. Tapi, indeks kembali naik lagi, dan menjadi yang tertinggi kedua di antara bursa saham utama dunia," tutup Nurhaida.‎
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan