Dirinya menambahkan, edukasi termasuk mengenalkan produk-produk sesuai dengan risiko yang ada. Dengan demikian diharapkan masyarakat bisa merencanakan investasinya sesuai dengan kebutuhannya serta faktor risiko yang dimiliki.
"Contohnya bagaimana kita mengingatkan kepada masyarakat kalau ada produk yang terdaftar dengan baik dan untuk produk tertentu kita kasih kualifikasinya sehingga mereka mengerti risikonya," ujarnya, di Komisi XI DPR RI, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 6 Juni 2017.
Selain itu, dirinya berharap edukasi terhadap konsumen bisa menjadi langkah preventif terjadinya kesalahan. Bahkan jika diperlukan maka OJK bisa membuka layanan call center untuk masyarakat menanyakan produk-produk yang dicurigai.
Sementara itu, agar masyarakat tak kesulitan dalam membedakan produk yang ada maka dianjurkan untuk berinvestasi di produk yang risikonya kecil. Tak harus langsung membeli saham, tapi masyarakat bisa mulai dengan investasi yang lebih murah.
"Saya kira orang enggak harus langsung ke saham kalau mau masuk pasar modal. Bisa ke obligasi ritel, atau ke sukuk ritel terlebih dahulu habis itu kita edukasi untuk bisa naik ke reksa dana, baru ke saham. Jadi kita tidak bisa memaksakan orang yang engga kenal pasar modal," pungkas dia.
Arif merupakan salah satu dari dua calon anggota Dewan Komisioner OJK merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal. Dirinya harus bersaing dengan Nurhaida yang merupakan calon petahana untuk posisi yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News