"Reksa dana ini kan suatu kumpulan dari macam-macam investasi yang saya kira kalau dibungkus di situ (reksadana) menjadi lebih stabil," ujar Hendrisman dalam konferensi pers kinerja industri asuransi jiwa kuartal II-2018 di Rumah AAJI, Jalan Talang Betutu, Jakarta Pusat, Senin, 27 Agustus 2018.
Menurut Hendrisman, nasabah asuransi jiwa mulai memburu reksa dana campuran. "Mungkin sebagian besar bakal naikkan ke reksa dana campuran. Saya perkirakan maksimum (pertumbuhan reksa dana) 40 persen," ungkap dia.
Adapun porsi reksa dana yang ada di dana investasi asuransi jiwa pada kuartal II-2018 sebanyak 33 persen. Sementara portofolio saham sebesar 31,6 persen. Kemudian Surat Berharga Negara (SBN) dengan porsi 13,8 persen. Selanjutnya deposito (10,6 persen), sukuk koperasi (6,9 persen), penyertaan langsung (1,7 persen), properti bangunan dan tanah (1,4 persen), instrumen lainnya (satu persen), serta emas murni (nol persen).
Sayangnya, dominasi instrumen reksadana dan saham menyeret hasil investasi industri asuransi jiwa di kuartal II-2018. Kinerja pasar modal yang sedang loyo membuat pendapatan hasil investasi terjerembab hingga minus Rp8,35 triliun.
"Hasil investasi di industri (asuransi jiwa) tercatat turun 135,5 persen. Hal ini disebabkan utamanya karena kondisi pasar modal di awal tahun 2018 yang belum terlalu baik di mana IHSG yang bergejolak berimbas pada hasil investasi," pungkas Hendrisman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News