"Produk refinery itu antara lain minyak olein, stearin, serta palm fatty acid destilate. Permintaan tahun depan masih cukup kuat, karena kami utamakan untuk makanan. Populasi penduduk kan nambah terus di setiap negara. Ya kami ikuti perkembangan," ucap Direktur Keuangan AALI Rudy Chen, seperti diberitakan Sabtu (5/11/2016).
Menurut Rudy, perseroan sudah memiliki tempat satu pengolahan refinery di Sulawesi Barat yang kapasitasnya mencapai 2 ribu ton per hari. Selain itu, ada juga tempat pengolahan hasil patungan dengan Kuala Lumpur Kepong Berhad (KLK) di Dumai yang memberikan tambahan 1.000 ton per hari.
Hasil dari dua tempat pengolahan refinery tersebut mencapai 3 ribu ton per hari. Pasar tujuan ekspor refinery perseroan meliputi Tiongkok, India, Korea Selatan (Korsel), dan Filipina.
Head of Investor Relation ASII Tira Ardianti menambahkan, permintaan global terhadap pengolahan refinery lebih banyak datang dari Tiongkok dan India. "Jadi kalau ada apa yang terjadi sama Tiongkok, pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun, demand CPO dari Indonesia pasti turun," jelas Tira.
Selain tingkat ekonomi, permintaan yang datang dari negeri Tirai Bambu tersebut juga dipengaruhi oleh produk pesaing sawit. Pasalnya, produk pesaing sawit tersebut dijual dengan harga yang lebih murah.
Selama sembilan bulan pertama di 2016, Astra Agro Lestari membukukan pendapatan sebesar Rp9,58 triliun, atau turun 7,34 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan banyak datang dari penjualan produk sawit sebesar Rp8,29 triliun, sisanya datang dari inti sawit dan turunannya sebesar Rp1,29 triliun.
Penjualan CPO dari AALI turun 9,79 persen, tapi penjualan palm kernel dan turunannya naik 13,15 persen. Posisi laba bersih perseroan naik tajam 689,9 persen menjadi Rp1,14 triliun, bila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp144,98 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id