Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menjelaskan, Grup Astra menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp14 triliun di tahun ini. Angka itu naik bila dibanding capex di 2015 sebesar Rp10 triliun. Porsi belanja modal alat berat mengalami penyusutan, dari sebelumnya Rp6 triliun menjadi Rp3 triliun di tahun ini.
"Ada perlambatan, capex PT United Tractors Tbk (UNTR) yang biasanya Rp5 triliun-Rp6 triliun, peaknya Rp7 triliun. Mungkin jadi Rp3 triliun. Beda konsentrasi saja," kata Prijono, ditemui pada saat paparan publik dalam acara 'Institutional Investor Day dan Investor Day 2016', di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (2/8/2016).
Meski ada pengurangan capex di sektor alat berat, Prijono menekankan, tidak ada penurunan di sektor lain. Seperti, sektor infrastruktur, logistik, dan properti yang belanja modalnya sebesar 38 persen dari total capex di tahun ini.
"Kalau dilihat, kita breakdown ada turun ada yang naik. Sebagai contoh infrastruktur, logistik, dan properti. Tiga divisi menyumbang 38 persen dari Rp14 triliun," jelas Prijono.
Untuk sektor otomotif, sambung Prijono, perseroan tetap mempertahankan ekspansi bisnisnya yang telah ada. Otomotif merupakan tulang punggung perekonomian Grup Astra, dan kapasitas produksinya cukup tinggi.
"Tidak capex lain kecuali mobil baru, kapasitas produksi Daihatsu 530 ribu, Toyota 250 ribu, roda dua 5,8 juta sudah terpenuhi, konsentrasinya yang akan berubah," tutup Prijono.
Astra International menanggung beban berat sepanjang semester I-2016. Karena, posisi laba bersih emiten grup Astra ini mengalami penyusutan 12 persen menjadi Rp7,1 triliun, dari posisi laba mencapai Rp8,05 triliun per periode Juni 2015.
Laba yang susut 12 persen, berdampak besar bagi posisi pendapatan per Juni 2016. Di mana posisi pendapatan turun lima persen, dari Rp92,50 triliun menjadi Rp88,20 triliun per semester I-2016. Laba bersih per saham pun turun, dari Rp199 per saham menjadi Rp176 per saham.
Prijono menerangkan Grup Astra mengalami penurunan pendapatan bersih di sektor alat berat dan pertambangan serta agribisnis. Sementara itu, kontribusi pendapatan bersih dari Toyota sales operation juga menurun setelah restrukturisasi model distribusi dua tingkat (two-tiered) berlaku efektif pada awal tahun ini.
Laba bersih Astra semester pertama menurun, meski adanya kenaikan keuntungan pada sektor otomotif dari peluncuran produk baru. Hal ini disebabkan oleh pelemahan harga komoditas yang berpengaruh negatif terhadap sektor alat berat, kontraktor pertambangan serta operasional agribisnis dan kenaikan signifikan pada provisi kerugian atas pinjaman yang diberikan pada Permata Bank yang berujung terhadap menurunnya kontribusi dari sektor bisnis jasa keuangan.
"Tantangan pada semester pertama tahun ini yang berasal dari pelemahan harga komoditas dan permintaan terhadap alat berat, penurunan volume bisnis kontraktor pertambangan dan peningkatan kredit bermasalah di Permata Bank masih akan dirasakan hingga akhir tahun. Kendati demikian, kami berharap kinerja dari bisnis pembiayaan konsumen dan otomotif masih solid, ” ujar Prijono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id