Perusahaan akan menawarkan paling banyak 2,69 miliar saham atau setara dengan 35 persen modal disetor dengan harga penawaran sekitar Rp190-Rp270 per saham.
Direktur Utama Digital Mediatama Maxima Budiasto Kusuma mengatakan dana dari aksi IPO ini akan digunakan sebagai modal kerja dan investasi teknologi informasi dan sarana pendukung serta pengembangan sumber daya manusia.
"75 persennya akan digunakan sebagai modal kerja, 20 persen untuk investasi teknologi, dan sisanya lima persen untuk SDM," kata Budiasto di Pacific Place, Jakarta, Selasa, 24 September 2019.
Budiasto menjelaskan model bisnis perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya. Bahkan menjadi satu-satunya yang menyediakan ekosistem digital marketing. Hal ini yang membuat perusahaan menjadi optimistis sebagai perusahaan publik.
"Tantangan ke depan, yang terbesar ini adalah golden moment digitalisasi sektor ritel. Pertama, harus penetrasi seluas-luasnya di ritel. Kedua, kita menciptakan harus kreatifitas mengikuti teknologi yang ada, yang memenuhi kebutuhan ritel," jelas dia.
Komisaris Digital Mediatama Maxima Jahja Suryandy menambahkan ada beberapa alasan yang melandasi perusahaan memutuskan untuk IPO. Di antaranya dengan menjadi perusahaan publik, akan memacu kinerja lebih positif dan memberi ruang investor berkembang bersama.
"Kita melihat IPO lebih transparan karena setiap tiga bulan report akan memacu kinerja. Kita push IPO karena sudah siap IPO. Sudah punya EBITDA dan profitable. Dengan go public akan memberi kesempatan investor berpartisipasi," tutur Jahja.
Adapun hingga saat ini Digital Mediatama Maxima memiliki target untuk mempercepat kinerja bisnis di Indonesia dengan strategi periklanan yang efusien dan efektif, melalui pemanfaatan trade digital marketing dan cloud advertising exchange sebagai elemen bisnis utamanya. Empat bidang utama DMMX adalah Managed Services, Infrastructure as a Service (IaaS), Advertising Exchange Hub dan Trade Marketing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News