Perusahaan membidik opsi pembiayaan tersebut karena melihat PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) telah berhasil melakukan global bond.
"Dengan keberhasilan Pertamina dan PLN mendapatkan rate yang sangat bagus dengan jangka waktu 10-30 tahun, sebenarnya kita juga ingin," ungkap Direktur Utama PGN Gigih Prakoso saat ditemui di Gedung Sinergi 8, Komplek Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 8 Agustus 2019.
Gigih menjelaskan kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini sekitar USD500 juta. Hingga semester satu penyerapan capex sudah sekitar 30 persen.
Pada Februari 2019 lalu perusahaan juga telah mendapatkan pinjaman jangka pendek (bridging loan) sebesar USD350 juta untuk kebutuhan capex. Namun perusahaan melihat pinjaman tersebut belum tentu cukup untuk memenuhi capex, sehingga masih membuka opsi global bond.
"Kalau nanti memang ada kebutuhan yang lebih tentunya kita akan coba sounding ke market lagi, karena sekarang kondisi pasar memang lagi bagus ya. Apakah kita nanti mau issue bond atau global bond," jelas dia.
Sebelumnya pada awal Juni lalu, Gigih juga sempat menyatakan rencana penerbitan obligasi. Namun waktu itu ia tidak menyebutkan apakah lokal bond atau global bond.
Gigih mengatakan rencana aksi korporasi itu sedang dalam pembahasan. "Kita akan refinancing. Rencana kita kaji apa mau menerbitkan bond atau corporate loan," kata Gigih saat itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
