Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto menjelaskan pendapatan bersih konsolidasian pada periode ini dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, divisi jasa keuangan, serta divisi infrastruktur dan logistik.
Mengutip laporan keuangan konsolidasian yang dikutip Medcom.id, Senin, 4 November 2019 pendapatan bersih perseroan tersebut berasal dari pendapatan penjualan barang sebesar Rp120,82 triliun, jasa dan keuangan sebesar Rp41,15 triliun, dan jasa keuangan sebesar Rp177,04 triliun.
Pendapatan tersebut tertekan beban pokok pendapatan perusahaan mengalami peningkatan dari Rp138,18 triliun menjadi Rp139,67 triliun.
Beberapa pos beban juga mengalami peningkatan, yaitu beban penjualan dari Rp7,05 triliun menjadi Rp7,22 triliun. Beban umum dan administrasi sebesar Rp10,59 triliun, naik dari Rp9,44 triliun periode yang sama tahun lalu.
Lalu pos biaya keuangan dari Rp2,12 triliun menjadi Rp3,29 triliun. Serta, kerugian atas selisih kurs sebesar Rp87 miliar, padahal sebelumnya perusahaan berhasil meraih untung atas selisih kurs sebesar Rp709 miliar.
Namun demikian perseroan pun mencatat laba sebesar Rp15,87 triliun. Angka ini turun tujuh persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp17,07 triliun.
Apabila dirinci per divisi bisnis ASII, pada periode Januari-September 2019, divisi otomotif mencatatkan laba senilai Rp6,06 triliun atau turun 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp7,01 triliun.
Divisi jasa keuangan mencatatkan laba bersih senilai Rp4,3 triliun atau tumbuh 25 persen dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp3,45 triliun.
Sementara itu, divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi mencatatkan laba senilai Rp5,14 triliun. Capaian itu terkoreksi lima persen dibandingkan dengan catatan per kuartal III-2018 senilai Rp5,42 triliun.
Kemudian divisi agribisnis mencatatkan laba senilai Rp86 miliar alias terkoreksi 90 persen dibandingkan per September 2018 senilai Rp896 miliar.
Kemudian divisi infrastruktur dan logistik naik 38 persen dari Rp112 miliar menjadi Rp155 miliar. Sedangkan realisasi laba bersih divisi teknologi informasi dan properti masing-masing turun 28 persen dan 38 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp77 miliar dan 41 miliar.
"Turunnya laba bersih grup pada sembilan bulan pertama 2019, disebabkan oleh penurunan kontribusi dari divisi otomotif dan agribisnis, yang mana penurunan tersebut lebih besar daripada peningkatan kontribusi dari divisi jasa keuangan," jelas dia dalam keterangan tertulisnya.
Adapun laba bersih dari divisi otomotif mengalami penurunan disebabkan oleh penurunan volume penjualan mobil, meningkatnya biaya-biaya produksi serta efek dari translasi nilai tukar mata uang asing.
Dalam sembilan bulan pertama 2019, lanjutnya, penjualan mobil Grup Astra turun tujuh persen menjadi 396 ribu unit. Hal itu sejalan dengan penjualan mobil secara nasional yang turun 12 persen menjadi 754 ribu unit.
Sementara penurunan laba bersih ASII dari divisi agribisnis disebabkan oleh penurunan harga minyak kelapa sawit. Harga rata-rata minyak kelapa sawit melemah sebesar 16 persen menjadi Rp6.449 per kilogram (kg).
Saat harga CPO merosot, volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya justru meningkat sebesar 10 persen menjadi 1,7 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News