Ia mengatakan, rasio harga saham per laba (price earnings) pasar modal Indonesia masih cukup tinggi di antara negara-negara anggota G-20. Hal itu didukung dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil.
Pada kuartal III-2019, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada diperingkat kedua, di bawah Tiongkok.
"Di ASEAN rata-rata itu masih di atas pertumbuhan ekonomi dunia. Pasar yang dilihat dunia itu pasar di ASEAN," kata Airlangga di Gedung BEI, Jakarta, Selasa, 17 Desember 2019.
Ia menjelaskan, di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di kisaran lima persen dengan kualitas yang membaik seperti angka inflasi yang rendah dan stabil, serta menurunnya tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran dan rasio gini.
Adapun faktor global yang memengaruhi perekonomian saat ini meliputi tensi perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, brexit, dan tensi politik Hong Kong. Sementara dari dalam negeri, berasal dari defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
"ASEAN menjadi sangat menarik, karena di antara ketidakpastian, ASEAN adalah yang stabil," ujar dia.
Saat ini pasar modal Indonesia memberikan kontribusi 47 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2018 dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp6.920 triliun. Namun, nilai ini masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya sehingga perlu dimaksimalkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News