"Musuh terbesar dari pasar modal adalah tingkat bunga dan memang kenaikan tingkat suku bunga ini mau tidak mau cukup mengganggu," kata Tito di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta Pusat, Jumat, 22 Juni 2018.
Ia mengakui bunga yang tinggi menjadi daya tarik bagi investasi. Apalagi saat ini Indonesia memang membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk membiayai pembangunan terutama infrastruktur.
Namun kata Tito tahun lalu pemanfaatan dana melalui pasar modal mencapai nilai tertinggi sebesar Rp802 triliun. Dana itu didapatkan dari proses penawaran umum perdana saham (IPO), penerbitan saham baru (right issue), konversi waran, sekuritisasi aset, dan penerbitan obligasi. Sementara pemanfaatan dana melalui perbankan Rp240 triliun.
"Satu trade off ini nih kalau tingkat suku bunga naik, bank juga susah pinjamin duit, pasar modal juga susah," jelas dia.
Lebih jauh Tito menambahkan selama libur lebaran pasar saham pun ikut diliburkan sejak 8-20 Juni terjadi gejolak di pasar keuangan terutama karena adanya kenaikan suku bunga AS sebesar 25 basis poin. Kondisi tersebut mempengaruhi pasar saham baik dunia maupun dalam negeri.
"Dunia pun turun dari mulai dua hingga tujuh persen. Kita turun pas 1,8 persen kemarin jadi sebenarnya ada rekonsiliasi di market sedikit," jelas Tito.
Seperti diketahui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat tidak melakukan reli usai libur Lebaran 2018. Pada perdagangan pagi Kamis, 21 Juni 2018 IHSG dibuka melemah 7,19 poin atau setara 0,1 persen ke posisi 5.876.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News