Kurtubi, pengamat energi komentari perihal kebijakan pemerintah mengenai penghapusan BBM premium dan pertalite. Foto: Dok/Medcom
Kurtubi, pengamat energi komentari perihal kebijakan pemerintah mengenai penghapusan BBM premium dan pertalite. Foto: Dok/Medcom

Selamat Pagi Indonesia

Dibanding Hapus Premium dan Pertalite, Lebih Baik Ajak Masyarakat Pindah ke Kendaraan Listrik

MetroTV • 28 Desember 2021 14:57
Jakarta: Pemerintah dalam waktu dekat berencana menghapus bahan bakar minyak jenis dengan Research Octane Number (RON) 88 alias premium serta Ron 90 jenis pertalite. Namun, Pengamat Energi, Kurtubi menyebut hal ini tidak bijaksana dan justru meminta Pemerintah mempersiapkan masyarakat untuk pindah ke kendaraan listrik.
 
“Ada solusi untuk emisi CO2 (karbon dioksida) di sektor transportasi yaitu ke kendaraan listrik, bukan dengan mengutak atik atau memaksa rakyat memakai BBM yang lebih mahal,” tegas Kurtubi dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Selasa, 28 Desember 2021.
 
Kurtubi menjelaskan pada COP26 memang disepakati untuk mengurangi emisi karbon dioksida, namun tidak dari sektor kendaraan. Menurut Kurtubi, jika dilihat dari sektor kendaraan, opsi terbaiknya yaitu dengan berganti ke kendaraan listrik.

“Konsentrasi kebijakannya itu ke listrik, dan batu bara yang harusnya dikurangi. Kalau sektor angkutan, dunia itu sepakat menggunakan kendaraan listrik nantinya” katanya.
 
Pemerintah seharusnya sudah mulai mempersiapkan masyarakat dan fasilitas pendukung untuk menggunakan energi listrik. Kemudian, energi listrik pun harus menggunakan energi yang bersih, bukan dari batu bara.
 
Sebelumnya, pemerintah menyebut penghapusan premium dan pertalite merupakan bentuk upaya pemerintah dalam memperbaiki kondisi lingkungan dengan mendorong penggunaan BBM yang memiliki RON tinggi seperti pertamax dan jenis lain di atasnya.
 
Perubahan dari premium ke pertalite dikatakan mampu menurunkan kadar emisi karbondioksida (CO2) sebesar 14 persen. Sedangkan, perubahan ke pertamax akan menurunkan kembali emisi CO2 sebesar 27 persen. (Widya Finola Ifani Putri)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan