Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi mengatakan konsep memberikan investasi ke negara mitra di Laut China Selatan bertentangan dengan kaidah perdagangan dan investasi. Para investor ingin daerah tersebut aman, baru mereka akan berinvestasi. Ia menggambarkan investasi tersebut sama dengan membeli rumah.
"Seperti membeli rumah, kita tidak mau mencari rumah yang tempatnya tidak aman. Ini sama halnya dengan investasi. Misanya, ada perjanjian pertahanan di Natuna, baru ada perjanjian investasi," ujar dia dalam pengarahan pers virtual, Senin, 2 November 2020.
Ia menuturkan jika Tiongkok sangat agresif belakangan ini di wilayah perairan Laut China Selatan yang berbatasan dengan Natuna. Lutfi mencontohkan kapal-kapal Vietnam yang tengah mengeksplorasi minyak tengah laut di perairan itu diganggu hingga menyerah.
"Kita tidak mau mencari tempat yang tidak aman, atau banyak orang jahat," serunya.
"Untuk datangkan investasi di sana, kita mesti punya payung keamanan yang memastikan keberlangsungan perusahaan mereka, baik itu perikanan, oil and gas, atau energy, dipastikan aman dulu baru mereka (investor) bisa datang. Tidak bisa di balik," pungkasnya.
Kedatangan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Jakarta pekan lalu, ditujukan untuk memperkuat kemitraan strategis Indonesia dan AS. Menlu Retno Marsudi pun mengajak AS investasi di pulau terluar Indonesia.
"Saya mendorong bisnis AS untuk lebih banyak berinvestasi di Indonesia. Termasuk untuk proyek-proyek di pulau-pulau terluar Indonesia, seperti Pulau Natuna," ujar Menlu Retno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News