Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 9 Juni 2021, tercatat pesawat milik Garuda hanya berjumlah enam armada. Sedangkan sisanya sebanyak 136 armada merupakan pesawat sewa.
Adapun armada yang dimiliki merupakan pesawat jenis A330-300. Selain dimiliki sendiri, perseroan juga menyewa pesawat jenis ini sebanyak 11 armada. Dengan begitu, total pesawat jenis A330-300 secara keseluruhan sebanyak 17 armada.
Sementara pesawat jenis lainnya yang disewa antara lain B77-300 sebanyak 10 armada, A330-900 sebanyak tiga armada, A330-200 sebanyak tujuh armada, B737-800 sebanyak 73 armada, B737-8 Max sebanyak satu armada, CRJ1000 sebanyak 18 armada dan ATR 72-600 sebanyak 13 armada.
Dari 143 armada, Garuda hanya mengoperasikan 53 pesawat sedangkan 39 pesawat lainnya dilakukan dalam perawatan (maintenance). Perseroan pun terus melakukan upaya negosiasi dengan lessor untuk pesawat dengan status grounded melalui pendekatan pengembalian pesawat lebih awal. Dua armada pesawat yang telah dikembalikan yakni pesawat jenis B737-800 NG.
"Tentunya hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan armada sesuai demand layanan penerbangan pada era kenormalan baru ini," kata manajemen Garuda Indonesia.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan sewa jenis pesawat Garuda terlalu banyak. Garuda mengoperasikan jenis pesawat seperti Boeing 737, Boeing 777, Airbus 320, Airbus 330, ATR, Bombardier.
Belum lagi leasing atau perusahaan yang berkontrak memberikan pembiayaan sewa pesawat melebihi batas biaya yang wajar. Hal ini membuat perusahaan pelat merah itu boros atau tidak bisa menekan biaya.
"Memang masalah utama Garuda masa lalu karena leasing-leasing-nya memang melebihi cost yang wajar dan memang jenis pesawat terlalu banyak," kata Tiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News