Ia menjelaskan, salah satu penyebab utama kerugian tersebut untuk pembayaran kontrak pesawat berbasis power by the hour atau kekuatan per jam di 2019 yang menguras pendapatan maskapai tersebut. Namun, untuk nilai pembayaran tidak disebutkan secara detail oleh Prasetio.
"Pada dasarnya cash flow operation kita sudah positif di Citilink ini, tapi kalau dilihat bottom line itu karena ada (pembayaran) power by the hour di cost kita. Ini merupakan kewajiban yang harus kita bayarkan," ungkapnya dalam Public Expose Tahunan 2022 Garuda Indonesia di Jakarta, dikutip Rabu, 28 Desember 2022.
Hasil kinerja Citilink berbeda dengan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang membukukan laba bersih sebesar USD3,7 miliar atau setara Rp58 triliun hingga kuartal III-2022. Capaian itu meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu yang rugi USD1,6 miliar.
Untuk memulihkan kesehatan perusahaan, bisnis usaha Citilink akan diperbesar lebih dari Garuda untuk mendongkrak pendapatan. Rencana ini karena maskapai berbiaya murah atau low cost carrier (LCC) tersebut dianggap banyak digemari konsumen di Tanah Air. Rata-rata tingkat okupansi keterisian pesawat Citilink dari Januari hingga Agustus 2022 mencapai 81,7 persen.
Baca juga: Capai Rekor Baru, Penumpang Garuda Indonesia Meningkat saat Nataru |
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menambahkan, hingga 2023 total armada yang akan dioperasikan Garuda Grup sebanyak 120 pesawat. "Kedepannya kita akan tumbuhkembangkan bisnis Citilink, karena market domestik ini marketnya Citilink. Maskapai ini banyak disenangi publik," ujarnya.
Kendati demikian, Irfan menyatakan pihaknya mewaspadai ancaman resesi di tahun depan. Garuda Grup akan terus fokus pada pengembangan rute domestik dan selektif membuka rute luar negeri. Penumpang dari dalam negeri masih menjadi target utama pasar perseroan tersebut.
Tercatat, pertumbuhan penumpang Garuda Indonesia Group pada kuartal III-2022 mengalami peningkatan 61,11 persen menjadi 10.498.823 penumpang dibandingkan pergerakan penumpang hingga kuartal II di tahun yang sama dengan 6.516.555 penumpang.
"Kami akan banyak terbangkan ke domestik dan selektif terbangkan ke luar negeri. Kami sangat hati-hati melihat pertumbuhan data penerbangan dan jumlah penumpang. Apakah data pertumbuhan ini adalah data nyata atau banyak berisi revenge travel (wisata balas dendam)," kata Irfan.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News