"Sistem observasi berbasis teknologi fiber optic merupakan teknologi yang menjanjikan di masa kini," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, dalam Webinar Indonesia Cable Based Tsunameter (INA-CBT) bertema 'Kebencanaan Kabel Bawah Laut: Menuju Sistem Observasi Laut yang Terintegrasi dengan Telekomunikasi Laut Berbasis Fiber Optik', Selasa, 12 Oktober 2021.
Menurut Handoko tantangan ke depan bagi Indonesia ialah untuk menjadikan sistem observasi laut tersebut terjangkau dan dapat dikembangkan melalui kerja sama yang menguntungkan dengan mitra di bidang telekomunikasi. Kerja sama itu termasuk juga industri lainnya yang berkaitan dengan sensor.
"Untuk dapat membantu mengembangkan dan memelihara sistem sekaligus dapat menghubungkan berbagai pulau di Indonesia. BRIN berkomitmen mendukung pengembangan teknologi dan infrastruktur dalam sistem observasi kelautan," tegasnya.
Dalam upaya penanggulangan bencana yang efektif, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami.
Sebagai bentuk tanggung jawab dalam mengemban amanah regulasi tersebut, melalui BRIN, saat ini telah dan sedang dilaksanakan pengkajian dan pengembangan serta usaha penerapan teknologi sejak 2019. Pengembangan diawali dengan satu stasiun kontrol melalui satu Ocean Bottom Unit (OBU).
"Lalu dilanjutkan dengan satu stasiun kontrol dengan dua OBU yang akan diterapkan di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun ini," jelasnya.
Selanjutnya pengembangan multi sensor multi OBU dan multi landing station sedang dalam pengkajian termasuk pengintegrasian fungsi yang lain seperti telekomunikasi, untuk pemanfaatan fungsi ekonomi kabel laut secara bersama antara lain mengurangi digital gap dan menaikkan PDB kawasan yang tersambung kabel laut.
"Indonesia memiliki sumber daya terbatas dalam melakukan eksplorasi terhadap kekayaan laut, juga dalam mitigasi bencana," ucapnya.
Plt Kepala OR PPT–BRIN Dadan Moh Nurjaman mengatakan tantangan Indonesia adalah untuk mengimplementasikan teknologi observasi bawah laut yang terintegrasi dengan teknologi submarine fiber optic cable. Sistem observasi kelautan yang terintegrasi dengan sistem telekomunikasi berbasis submarine fiber optic cable menjadi sangat menguntungkan bagi Indonesia.
"Tentunya di bidang telekomunikasi dan tentunya juga meningkatkan kewaspadaan masyarakat," pungkas Dadan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News