Meski demikian, Luhut tidak menampik jika wabah ini mengganggu jalannya pengerjaan proyek-proyek investasi. Ia bilang untuk tiga hingga empat bulan, yakni hingga Mei atau Juni, kebanyakan proyek akan mandek pengerjaannya.
Adapun investasi proyek dari Tiongkok terutama akan ada yang tertunda. Luhut mengatakan misalnya saja proyek lithium battery dengan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) di Morowali, terpaksa tertunda beberapa waktu. Jika kondisi mulai membaik maka akan segera dilanjutkan.
"Tapi bukan mereka tidak investasi, hanya pekerjaannya jadi tertunda. Tapi investor tidak ada yang menyatakan mundur dari investasi di Indonesia," kata Luhut dalam virtual conference, Selasa malam, 14 April 2020.
Dirinya memberi contoh konglomerat asal Australia Andrew Forrest yang tetap tertarik untuk melanjutkan investasi di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) atau hydro power di Kalimantan Timur. Luhut bilang, Andrew ingin agar pihaknya mendapatkan porsi mayoritas nantinya.
"Dua minggu lalu melalui Executive Director-nya minta majority, saya bilang sih silakan saja," tutur Luhut.
Selain itu ada juga Uni Emirat Arab yang meminta agar pembentukan sovereign wealth fund (SWF) diteruskan. Hanya saja Menteri Energi dan Industri UEA, Suhail Mohammed Faraj Al Mazrouei mengatakan dengan kondisi perubahan ekonomi saat ini akibat covid-19, kemungkinan akan membuat struktur SWF juga berubah.
"Ya kita tunggu saja, kan kita enggak keluar uang. Kalau strukturnya jadi, mereka yang taruh duit kok," ujar Luhut.
Lebih jauh, Luhut juga membidik investasi dari Jepang. Ia bilang Jepang mau merelokasi industri atau pabrik yang berada di Tiongkok. Ia berharap agar Jepang bisa masuk ke Indonesia, apalagi dengan adanya omnibus law, diharapkan membuat Indonesia lebih atraktif menggaet investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News