Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko SA Cahyanto menjelaskan upaya yang dimaksudkan antara lain menjalin kerja sama dengan negara-negara mitra strategis dalam mengakselerasi penerapan industri 4.0.
"Ada kepentingan besar dari Pemerintah Indonesia dalam Presidensi G20 tahun 2022 ini, yakni dengan mengusulkan isu industri masuk dalam Trade and Investment Working Group (TIIWG) sehingga menjadi Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG)," kata Eko, dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 27 Maret 2022.
Industri berperan penting dalam mendongkrak perekonomian suatu negara. Misalnya di Indonesia, sektor industri memberikan kontribusi signifikan bagi capaian investasi serta perdagangan nasional. "Oleh karena itu, kami ingin isu industri dibahas secara mendalam pada gelaran G20 kali ini guna memulihkan ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan," tuturnya.
Bahkan, lanjut dia, sektor industri mempunyai kontribusi sebesar 15 persen terhadap PDB dunia, yang di antaranya disokong negara-negara anggota G20. "Maka itu, ketika Indonesia mengajukan jadi TIIWG, banyak negara yang mendukung, dan mereka sangat concern terhadap pentingnya isu sektor industri dibahas dalam gelaran G20," imbuh Eko.
Ia optimistis, melalui hajatan Presidensi G20 Indonesia, TIIWG akan menjadi forum penting sebagai sarana bagi negara anggota G20 untuk mendorong kerja sama membuat kebijakan yang efektif. Apalagi dampak pandemi covid-19 yang mengakibatkan gangguan aktivitas ekonomi global membuat negara-negara G20 bersama-sama untuk segera pulih dan bangkit kembali.
Menurut Eko, di balik efek pandemi covid-19 selama dua tahun lebih, ada satu hal yang dapat menjadi peluang atau dimanfaatkan dengan baik adalah penerapan digitalisasi di sektor industri. Melalui upaya transformasi digital, sektor industri mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya secara lebih efisien sehingga turut mendongkrak daya saingnya.
"Kami yakin, sesuai aspirasi pada roadmap Making Indonesia 4.0, dengan penerapan digitalisasi akan menaikkan kembali kontribusi ekspor industri sebesar 10 persen dari nett ekspor PDB nasional seperti yang pernah dicapai pada akhir 1990 dan 2000-an," ucapnya.
"Selain itu, kami harapkan kegiatan R&D (Research and Development) sektor industri juga semakin aktif untuk menciptakan inovasi dan meningkatkan daya saing," tegasnya.
Lebih lanjut, Indonesia punya potensi besar yang perlu dioptimalkan, yaitu bonus demografi. "Kita semua punya tanggung jawab kepada generasi muda yang memerlukan lapangan pekerjaan dan fasilitas untuk meningkatkan kompetensi mereka," kata dia.
Eko menambahkan, kerja sama dalam mengakselerasi implementasi industri 4.0 antara negara negara anggota G20 sangat penting karena memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, mengurangi konsumsi energi dan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang tersedia di dunia.
"Hal ini dapat memberikan peluang yang signifikan bagi anggota G20 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan untuk mencapai tujuan SDGs," ujarnya.
Eko menyampaikan, dalam banyak penelitian juga menunjukkan bahwa sektor manufaktur yang telah mengadopsi industri 4.0, mampu lebih tangguh dalam menghadapi krisis seperti dampak dari pandemi. Oleh karena itu, percepatan implementasi industri 4.0 menjadi solusi industri untuk siap menghadapi krisis yang terjadi saat ini maupun pada masa mendatang.
"Pelaku industri dan sektor lainnya dapat merespons dengan cepat untuk transformasi digital menghadapi dampak pandemi, karena kondisi pandemi covid-19 justru mendorong industri mempercepat penerapan industri 4.0 melalui transformasi digital dalam sistem produksi, peningkatan skill, inovasi dan kerja sama kemitraan dengan banyak pihak terkait," jelasnya.
Di samping itu, melalui isu industri 4.0 yang diangkat dalam TIIWG G20, Kemenperin mendorong terjadinya percepatan transformasi digital dan inovasi di sektor industri baik dalam negeri maupun global yang dapat memberikan potensi untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan efisiensi industri.
"Kerja sama internasional akan memberikan manfaat strategis bagi Indonesia maupun negara-negara lainnya karena dapat menghasilkan strategi percepatan implementasi industri 4.0 dan memaksimalkan manfaatnya serta memitigasi dampak negatif dari perubahan teknologi," tutup Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News