Danone SN Indonesia menandatangani MoU penanganan stunting dengan PB IDI. Foto: Dok istimewa
Danone SN Indonesia menandatangani MoU penanganan stunting dengan PB IDI. Foto: Dok istimewa

Kolaborasi Pentahelix Bikin Penanganan Stunting Makin Cepat, Kok Bisa?

Eko Nordiansyah • 24 Mei 2023 07:47
Jakarta: Kolaborasi pentahelix dinilai perlu dilakukan guna mendukung program percepatan penurunan stunting. Apalagi berdasarkan hasil survey Status Gizi Indonesia pada 2022, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,6 persen dengan target turun menjadi 14 persen pada 2024. 
 
Danone SN Indonesia menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) penanganan stunting dengan Pengurus Besar Dokter Indonesia (PB IDI). Kolaborasi lintas sektor diharapkan mendukung penguatan sistem kesehatan dalam menanggulangi stunting sejalan dengan Perpres 72 tahun 2021.
 
"Berbicara tentang stunting, kita tidak hanya berbicara tentang nutrisi, tetapi juga akses air bersih dan sanitasi sangat berpengaruh," kata VP General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 23 Mei 2023.

Dengan visi 'One Planet, One Health', ia menyebut, Danone bersama dengan mitra, termasuk IDI, berharap bisa menyasar permasalahan nutrisi juga hidrasi yang sehat, akses air, sanitasi, pengelolaan lingkungan juga sampah sebagai akselerasi penurunan angka stunting hingga 14 persen pada 2024.
 
Danone SN Indonesia telah menjalankan sejumlah program yang secara bersamaan turut berkontribusi dalam pencegahan isu stunting dengan payung program bernama Bersama Cegah Stunting yang telah menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat. 
 
Adapun beberapa program di bawahnya seperti WASH (Water Access, Sanitation, and Hygiene), program edukasi kesehatan lewat program Isi Piringku, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya gizi, dan pola asuh yang baik selama periode tumbuh kembang anak. 
 
Baca juga: Biar Penurunan Stunting Makin Cepat, Peran Swasta Bisa Dimaksimalkan Lho

 
Kemudian, pihaknya juga menggandeng tenaga kesehatan, para ahli di bidangnya dalam program Aksi Cegah Stunting, bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan studi untuk melihat pola asuh dan pola intervensi untuk bisa menurunkan angka stunting dalam periode studi yang ditentukan.
 
"Keterlibatan lintas sektor perlu dilakukan untuk penanggulangan secara kolaboratif. Hal tersebut menjadi kunci dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan. Perlu peran dari organisasi profesi, LSM, NGO, termasuk pihak swasta, seperti Danone," jelas Ketua Umum PB IDI Moh Adib Khumaidi.
 
Selain diperlukan kolaborasi antarsektor, dibutuhkan juga kerjasama antar profesi dalam mencegah dan menurunkan angka stunting di Indonesia. Oleh karena itu, prinsip pencegahan stunting dibagi menjadi tiga, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. 
 
Pencegahan primer dapat dilakukan oleh orang terdekat seperti keluarga dan kader posyandu dengan menjaga gizi seimbang serta melakukan deteksi dini malnutrisi. Pencegahan sekunder dilakukan dokter umum (puskesmas) dengan deteksi dini penyakit dan tata laksana segera, serta diberikan terapi nutrisi PDK. 
 
Kemudian, pencegahan tersier dilakukan oleh dokter spesialis anak (RSUD) lalu ditatalaksana sesuai indikasi. Angka stunting ini bisa diturunkan atas usaha dimulai dari dokter keluarga, kader posyandu, puskesmas hingga dokter spesialis anak.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan