Pasalnya, akibat tangki yang terbakar, membuat perseroan harus mematikan (shutdown) operasional kilang tersebut yang saat ini memproduksi BBM dengan kapasitas 125 ribu barel per hari (BPH). Sedangkan Partamina memperkirakan upaya penormalan kembali Kilang Balongan membutuhkan waktu empat hingga lima hari.
"Kira-kira kehilangan produksi yang enggak bisa disuplai dari kilang (Balongan) 400 ribu barel," kata Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono dalam konferensi pers, Senin, 29 Maret 2021.
Mulyono mengatakan untuk menggantikan peran Kilang Balongan sementara waktu, maka suplai BBM akan dipasok dari Kilang Cilacap dan Kilang Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Ia bilang Kilang Cilacap produksinya bisa ditingkatkan hingga 300 ribu barel dan TPPI bisa ditingkatkan produksinya sebanyak 500 ribu barel.
"Dari Cilacap akan dibawa dengan kapal, disuplai langsung dari Tanjung Priok. Sedangkan dari TPPI akan disuplaikan lewat Terminal BBM Balongan," ujar Mulyono.
Mulyono memastikan stok BBM nasional saat ini sangat aman. Artinya kendati terjadi insiden di Kilang Balongan, namun stok BBM Pertamina masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Stok BBM jenis Gasoline saat ini sebesar 10,5 juta barel. Stok ini cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 27-28 hari ke depan. Apalagi biasanya konsumsi Gasoline nasional saat ini sebesar 62.500 kiloliter (KL) per hari.
Kemudian stok BBM jenis solar (biosolar) mencapai 8,8 juta barel yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 20 hari ke depan. Demikian juga untuk avtur yang stoknya mencapai 3,2 juta barel, cukup untuk 74 hari ke depan.
"Jadi enggak perlu panik karena stok sangat banyak dan meluber karena kondisi (pascapandemi) belum sepenuhnya normal dan konsumsi belum normal," tutur Mulyono.
Ia bilang Kilang Balongan utamanya melayani daerah sekitar Balongan seperti Cikampek dan Plumpang. Untuk Terminal BBM Plumpang karena disuplai melalui pipa sehingga stoknya tidak terlalu tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News