Saat ini ExxonMobil merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mengoperasikan Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Jawa Tengah. Ia mengatakan, ExxonMobil tengah melakukan konsolidasi besar-besaran terhadap portofolio investasi, termasuk melepas aset di luar negeri yang tidak memberikan dampak signifikan bagi perusahaan.
"Kemungkinan Exxon juga akan menjual aset yang ada di Indonesia. Kita pertanyakan sejauh mana. Shell saja sudah hengkang," kata Ari dalam Energy Corner CNBC Indonesia, Senin, 21 Desember 2020.
Menurut Ari, ExxonMobile memiliki peran yang sangat besar di Blok Cepu. Apalagi saat ini blok tersebut merupakan penyumbang utama produksi minyak di Tanah Air.
Ari mengatakan tanpa adanya Blok Cepu, target peningkatan produksi minyak satu juta barel per hari (bph) di 2030 kemungkinan akan sulit dicapai. Oleh karenanya, menurut Ari, pemerintah harus memikirkan cara agar perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) itu tidak pergi.
Ia mengatakan pemerintah harus mempertahankan pelaku usaha dengan memberikan keyakinan untuk tidak mengurangi minat investasi di Indonesia.
"Ini harus kita perhatikan, kita harus tetap perhatikan mereka untuk mau tetap investasi," kata mantan Direktur Utama Pertamina ini.
Senada dengan Ari, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto juga menggarisbawahi mengenai kriminalisasi di industri migas. Ia mengatakan Contract Change Order (COO) blok ini yang di 2011 yang telah diaudit saat ini menjadi pemeriksaan polisi. Menurut Sugeng, apabila kriminalisasi terjadi maka akan membuat sektor hulu migas rusak dan investor hengkang.
"Sampai expatriat Exxon bilang (ke saya) kalau kayak gini kami akan hengkang. Bayangkan kalau Exxon hengkang dari Blok Cepu saya kira enggak ada pemain-pemain besar yang akan masuk di sektor hulu di Indonesia, sedangkan kita sangat-sangat membutuhkan teknologi dan modal mereka," jelas Sugeng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News