"Substitusi impor ini diharapkan tidak hanya memacu peningkatan konsumsi bahan baku dan bahan penolong lokal, namun juga memacu industri nasional dalam mengisi kekosongan pada struktur industri yang selama ini diisi dengan cara impor," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam dalam siaran persnya, Kamis, 6 Mei 2021.
Khayam mengakui saat ini pihaknya berfokus pada penurunan impor bahan baku dan bahan penolong, serta barang jadi dari produk hilir yang secara paralel dilakukan beberapa pendekatan yang disinergikan dengan pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut dilakukan agar dapat mewujudkan program substitusi impor.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Namun yang perlu mendapatkan perhatian adalah penurunan impor bahan baku dan bahan penolong ini seyogyanya tidak menghambat produksi, terutama bagi produk hulu atau setengah jadi yang menjadi input oleh industri turunan atau hilir," paparnya.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan dalam kebijakan substitusi impor antara lain, perluasan industri untuk peningkatan produksi bahan baku dan bahan penolong sebagai input industri turunan. Pendekatan ini lebih ditujukan kepada produsen bahan baku existing untuk memperluas volume produksi dan kemampuan supply dalam negeri.
Kemudian investasi baru yang ditujukan bagi para industri untuk menangkap peluang atas besarnya impor bahan baku dan bahan penolong melalui produksi bahan baku dan bahan penolong di dalam negeri. Berikutnya meningkatkan utilisasi industri, pendekatan ini merupakan salah satu outcome yang diharapkan dapat meningkatkan utilisasi industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan bahan penolong.
"Kebijakan substitusi impor tidak bisa dicapai hanya dengan mengurangi impor saja, sehingga ketiga pendekatan tersebut menjadi penting dan prioritas dalam mencapai target substitusi impor sebesar 35 persen di 2022," jelas Khayam.
Menurut dia, sektor IKFT mampu memberikan kontribusi besar terhadap kebijakan substitusi impor tersebut. Potensi ini salah satunya ditunjukkan dari kinerja gemilang industri farmasi, obat kimia dan obat tradisional, serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang pertumbuhannya pada 2020 naik sebesar 9,39 persen (yoy).
"Sementara itu, kontribusi sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil sebesar 4,48 persen dengan kontribusi terbesar adalah di industri kimia, farmasi, dan obat sebesar 1,92 persen," pungkas Khayam.