"Kebijakan perpanjangan kebijakan GSP dari pemerintah Amerika Serikat ini diharapkan mampu memperkuat ekspor produk furnitur rotan nasional ke pasar Amerika Serikat," kata Agus saat melepas ekspor furnitur rotan yang disiarkan secara virtual, Kamis, 5 November 2020.
Menurut Agus, GSP yang merupakan program preferensi penurunan tarif bea masuk kepada Indonesia dari Pemerintah AS tidak diberikan kepada seluruh negara. Momentum ini perlu dioptimalkan karena peluang ekspor produk furnitur rotan Indonesia ke AS masih bisa ditingkatkan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Artinya tarif ini tetap berlaku lebih rendah karena tidak semua fasilitas GSP ini diberikan ke setiap negara, mohon memanfaatkan peluang ini," ucap Agus.
Bahan baku rotan yang tersedia di Indonesia cukup melimpah dan tercatat sebagai produsen terbesar di dunia. Akan tetapi, nilai ekspor rotan yang masih wajib diolah menjadi produk turunan yang pangsa pasarnya masih kalah besar dibanding Tiongkok dan Vietnam.
"Indonesia sebagai negara produsen terbesar rotan terbesar dunia masih menduduki peringkat ketiga negara eksportir produk rotan dunia dengan pangsa pasar 6,11 persen, jauh di bawah Tiongkok sebesar 45,15 persen dan Vietnam 12,49 persen," paparnya.
Agus mendorong penerapan strategi baru percepatan ekspor furnitur rotan ke AS maupun Uni Eropa. Para pengusaha furnitur pun bisa memanfaatkan akses pembiayaan ekspor yang baru diinisiasi Kemendag bersama BNI dan BRI.
"Saya mendorong agar peningkatan para pelaku furnitur rotan ini agar terus ditingkatkan hingga dua kali lipat dengan memanfaatkan bantuan permodalan dari bank untuk pengembangan ekspor Indonesia," tuturnya.