Konsolidasi itu menyasar anak usaha PT Pertamina (Persero), PT PLN (Perser), dan PT Geo Dipa Energi. Erick menilai konsolidasi itu akan memperkuat pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam sektor geotermal.
"Kita mempunyai tiga perusahaan yang sebenarnya sudah melakukan geotermal ini, ada Pertamina, PLN, satu lagi ini Geo Dipa yang berada di bawah Kemenkeu. Memang ini perlu waktu, saya inginnya tahap awal memergerkan ini menjadi satu kesatuan," ujar Erick dalam acara Road to G20, dikutip Kamis, 27 Agustus 2022.
Erick menyampaikan potensi geothermal di Indonesia luar dan biasa dibandingkan jenis EBT lain seperti angin dan panel surya dan angin.
Baca juga: Indonesia Bisa Jadi Player Papan Atas Panas Bumi |
Berbeda dengan tenaga angin dan surya, lanjut Erick, geotermal juga lebih konsisten dan tidak memiliki hambatan ketersediaan pasokan.
"Geotermal ini sangat luar biasa. Karena ini salah satu daripada baseload, kita tahu kalau solar dan angin itu terbatas, tidak bisa sustain, tapi baseload itu hanya di geotermal atau di hydro. Nah ini kenapa geotermal ini yang kita dulukan," ungkapnya.
Dengan konsolidasi, Erick meyakini pengembangan geothermal akan jauh lebih efektif dan efisien ketimbang BUMN masing-masing menggarapnya secara mandiri.
Dalam tahap awal, Erick telah melakukan konsolidasi antara Pertamina dan PGE agar bisa mendapat akses pendanaan baru untuk EBT, salah satunya pilihannya dengan Go Public supaya tidak membebani keuangan negara atau terus meningkatkan utang.
Erick juga menyampaikan proses konsolidasi anak usaha atau subholding Pertamina dan PLN dengan Geo Dipa akan dilakukan secara bertahap.
"Sementara ini Pertamina duluan yang masuk karena yang PLN masih di belakang dan (Kondisi keuangan) Pertamina sehat sehingga dia maju duluan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News