Prospek masa depan ekonomi Indonesia, terutama di sektor-sektor industri yang dikelola BUMN diharapkan mampu mendatangkan modal yang akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kepercayaan pemerintah dan kalangan pengusaha UEA akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang besar itu mendukung keinginan kita membangun infrastruktur vital dan strategis dengan modal, bukan utang. Jadi mayoritas investasi itu akan dialokasikan ke berbagai BUMN dan mendukung prioritas strategis Kementerian," jelas Menteri BUMN Erick Thohir melalui keterangan tertulis yang dikutip Medcom.id, Jumat, 5 November 2021.
Ia menambahkan, dari potensi investasi USD32,7 miliar, sebanyak USD18 miliar akan dialokasi kepada BUMN, di antaranya melalui Pertamina, PLN dan Pelindo. Hal itu bertujuan untuk mendukung transformasi di ketiga BUMN itu dalam melakukan percepatan investasi, inovasi model bisnis, dan pengembangan teknologi.
Kementerian BUMN mencanangkan beberapa proyek besar terhadap ketiga BUMN itu antara lain pembangunan energi terbarukan untuk Indonesia bersama PLN, revitalisasi refinery Pertamina yang akan meningkatkan kapasitas dan refineries di Indonesia, lalu pengembangan infrastruktur pelabuhan di seluruh kepulauan Indonesia melalui Pelindo serta Pembangunan digital competitiveness.
"Melihat minat dan komitmen besar sejumlah investor global dan negara ke Indonesia harus dijawab dengan mempersiapkan SDM kita. Sebagai human capital sehingga investasi dana dan modal ini bisa mencapai sasaran, kita juga harus membenahi biaya logistik kita yang masih tinggi," lanjut Erick.
Erick melanjutkan, pihak UEA sudah berulang kali melakukan kerja sama dengan Indonesia. Di bidang energi, kerja sama antara PT PLN dan Pertamina dengan dua BUMN milik pemerintah UEA, yakni Masdar dan Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc). Lalu, Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) yang telah berkomitmen melakukan investasi ke Indonesia Investment Authority (INA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News