Menurut dia adanya ekosistem ini bisa mendukung upaya reformasi dan perbaikan sistem logistik nasional yang ada saat ini. Terlebih di tengah tantangan ekonomi akibat pandemi covid-19, sehingga diharapkan bisa mengurangi beban pelaku usaha.
"Supaya dunia usaha bisa mendapatkan bantuan keringanan beban, karena memang semuanya dalam situasi berat menghadapi covid," kata dia dalam video conference 'Penataan Ekosistem Logistik Nasional' di Jakarta, Kamis, 24 September 2020.
Dengan membantu meringankan beban dari dunia usaha, pemerintah berharap mereka memiliki daya tahan yang lebih kuat. Apalagi adanya ekosistem logistik nasional bisa menghemat biaya logistik yang dikeluarkan pelaku usaha sampai Rp1,5 triliun per tahunnya.
"Target kita untuk menurunkan dari biaya logistik sampai 24 persen dari GDP menjadi 17 persen. Itu akan turun sekitar enam persen. Kalau enam persen dari GDP kita sekarang Rp15 ribu triliun, itu angkanya sangat signifikan," jelas dia.
Ia menambahkan penurunan biaya didapat dari pengurusan masalah perizinan delivery order (DO) dan Persetujuan Pengeluaran Peti Kemas (SP2), serta proses pemesanan truk yang bisa dilakukan secara online. Kemudian pemeriksaan dokumen clearance dan barang, serta proses pengangkutan yang hanya melalui single submission.
"Siapa yang akan menikmatinya? Ya tentu adalah dunia usaha. Karena sekarang ongkos yang mereka harus keluarkan, biaya itu jadi lebih sedikit," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id