Kenaikan ekspor beberapa produk unggulan Indonesia ke Swiss di tengah pandemi covid-19 dinilai merupakan buah dari berbagai upaya kerja sama promosi ekonomi Indonesia yang dilakukan secara intensif di negara itu.
"Peningkatan terbesar terjadi dalam April dan Mei 2020 dengan peningkatan ekspor Indonesia sebesar 670 persen untuk April dan 404 persen untuk Mei dibandingkan bulan yang sama pada 2019," kata Dubes Muliaman Hadad, dikutip dari Antara, Kamis, 16 Juli 2020.
Merujuk Data Swiss Federal Customs Administration, Muliaman mengatakan, kopi dan minyak atsiri adalah produk unggulan Indonesia dalam ekspor ke Swiss selain emas. Kenaikan ekspor Indonesia ke Swiss di masa pandemi covid-19 ini memberikan nilai yang cukup besar.
Di saat banyak negara yang menurunkan volume ekspor impornya karena perhatian terpusat pada penanganan covid-19 ekspor Indonesia ke Swiss malah melonjak tajam. Dalam lima bulan pertama 2020 yaitu Januari-Mei 2020 ekspor Indonesia naik sebesar 284 persen dibandingkan periode yang sama 2019.
Ia menambahkan ekspor Indonesia ke Swiss terbesar terjadi dalam Maret dibandingkan bulan sebelumnya yaitu untuk produk tekstil rajutan, kopi, suku cadang mesin, mebel, minyak atsiri, dan kimia organik. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ekspor Indonesia ke Swiss yang memiliki tren meningkat adalah logam mulia, alas kaki, kopi, mebel, suku cadang mesin dan minyak atsiri.
Komoditi dengan kode HS 7108 yaitu emas menyumbangkan nilai terbesar dalam ekspor Indonesia ke Swiss. Walaupun terjadi naik turun dalam nilai ekspor emas Indonesia ke Swiss dalam lima bulan terakhir, namun angka nilai ekspornya menunjukkan tren meningkat. Bila dibandingkan periode yang sama di 2019, ekspor logam mulia Indonesia ke Swiss dalam lima bulan pertama 2020 naik 198 persen.
Swiss adalah negara berorientasi ekspor, oleh sebab itu perdagangan luar negeri menjadi bagian penting dalam pemulihan ekonomi Swiss akibat dampak pandemi covid-19. "Ini kesempatan kita untuk memanfaatkan peluang ini karena rantai pasok dari sumber lain mungkin terganggu akibat pandemi," pungkas Muliaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News