Tarif baru ini mencapai 32 persen bagi produk-produk Indonesia yang masuk ke AS.
Kebijakan ini sontak menimbulkan banyak pertanyaan, apa itu Tarif Trump? Mengapa kebijakan ini diambil? Dan bagaimana dampaknya bagi Indonesia serta ekonomi global?
Apa itu tarif Trump?
Merangkum beberapa artikel dari Antara, Kamis, 3 April 2025, tarif Trump merujuk pada kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump untuk membebankan tarif impor yang lebih tinggi terhadap negara-negara mitra dagang AS.Langkah ini merupakan bagian dari strategi proteksionisme ekonomi guna melindungi industri domestik Amerika dari persaingan global yang dianggap tidak adil.
Sejak masa kepemimpinannya, Trump telah beberapa kali menerapkan tarif tinggi terhadap berbagai negara, terutama Tiongkok, Eropa, dan negara-negara berkembang.
Kali ini, kebijakan tarif baru juga menyasar Indonesia, yang masuk dalam daftar delapan negara yang terkena dampak paling besar dengan kenaikan tarif sebesar 32 persen.
Baca juga: Ekspor Indonesia Dikhawatirkan Seret Gara-gara Kemenangan Trump |
Dampak tarif Trump bagi Indonesia dan dunia
Indonesia bukan satu-satunya negara yang terkena dampak. Negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand juga menghadapi kenaikan tarif masing-masing sebesar 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.Dampak dari tarif ini berpotensi besar terhadap ekspor Indonesia ke AS, terutama di sektor manufaktur dan tekstil.
Kenaikan tarif ini bisa membuat produk Indonesia menjadi lebih mahal di pasar AS, sehingga menurunkan daya saing terhadap produk dari negara lain.
Sementara itu, Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, juga mengkritik kebijakan ini dengan menyebutnya sebagai langkah yang merugikan AS sendiri.
"Presiden Trump baru saja mengumumkan serangkaian kebijakan yang akan secara mendasar mengubah sistem perdagangan internasional," ujar Carney kepada wartawan.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese juga menyebut tarif 10 persen yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Canberra sebagai tindakan yang tidak berdasar.
"Bagi Australia, tarif ini bukan sesuatu yang mengejutkan, tetapi izinkan saya menegaskan: tarif ini sama sekali tidak beralasan," kata Albanese.
"Presiden Trump menyebutnya sebagai tarif timbal balik. Jika benar timbal balik, maka tarifnya seharusnya nol, bukan 10 persen. Kebijakan tarif pemerintahan ini tidak memiliki dasar logis dan justru bertentangan dengan prinsip kemitraan antara dua negara. Ini bukan tindakan yang dilakukan oleh seorang sahabat," kata Albanese melanjutkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News