baca juga: Kemenperin Siap Susun Peta Jalan Sawit Indonesia Emas 2045 |
"Peluang kerja di sektor perkebunan sangat terbuka lebar, sayangnya masyarakat kita kurang berminat. Makanya akhirnya perusahaan-perusahaan perkebunan terpaksa mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah," kata Ketua GPPI Kabupaten Kotawaringin Timur, Katingan dan Seruyan, Siswanto di Sampit dikutip dari Antara, Senin, 8 Juli 2024.
Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kotawaringin Timur, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kotawaringin Timur pada 2023 sebesar 4,77 persen yakni 10.124 jiwa. Meskipun menurun dari tahun 2022, namun persentase itu masih lebih tinggi dari angka Kalimantan Tengah yakni 4,10 persen.
Kondisi ini dinilai ironis karena di sisi lain sektor perkebunan sering kesulitan mendapatkan tenaga kerja, bahkan harus mendatangkan dari luar daerah. Padahal tidak jarang perusahaan harus dirugikan karena malah mendapat pekerja fiktif yakni mereka yang sudah dibiayai transportasi dan diberi uang tinggal, ternyata kemudian pekerja tersebut malah kembali ke daerahnya.
Siswanto mengakui, lowongan kerja terbanyak biasanya pada posisi pekerja lapangan, seperti bagian pemanenan, perawatan dan lainnya. Namun ia meyakinkan posisi ini juga mempunyai peluang pengembangan karier.
"Mereka juga dinilai prestasinya. Sudah banyak dari mereka yang kemudian mampu masuk mendapatkan posisi di jajaran manajemen, bahkan ada yang menjadi general manager. Bahkan kalau mereka dari pemanen ini punya kelebihan karena mereka sudah merasakan dan tahu betul kondisi di lapangan," jelas Siswanto.
Penghasilan lumayan besar
Soal penghasilan, Siswanto meyakinkan pendapatan yang diperoleh pekerja lapangan lumayan bagus. Jika dibanding Upah Menengah Kabupaten (UMK) Kotawaringin Timur sebesar Rp3.341.890 per bulan, pekerja perkebunan kelapa sawit justru bisa mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar."Karena kerja pemanen ini mereka ambil dengan sistem borongan, maka hasilnya bisa sampai Rp7 juta bahkan Rp10 juta. Ini fakta bahwa di kebun sangat banyak pekerjaan yang menjanjikan," timpal Siswanto.
Ia meluruskan stigma pekerja perkebunan seolah berbeda dengan kelompok profesi lainnya sehingga sering ada istilah sebutan "orang kebun" atau "anak kebun". Ia menegaskan di sektor perkebunan sama seperti sektor lainnya, terdapat beragam posisi seperti pekerja lapangan, staf, manajemen dan lainnya.
GPPI bantu pemerintah daerah
Siswanto yakin, dengan besarnya kebutuhan tenaga kerja di perusahaan-perusahaan tersebut, GPPI mampu berkontribusi signifikan dalam membantu pemerintah daerah mengentaskan pengangguran. Ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan."Mudah-mudahan semakin banyak masyarakat kita yang tahu dan tertarik bekerja di kebun. Mudah-mudahan angka pengangguran 4,77 persen itu akan hilang kalau mereka mau bergabung dengan kami di perkebunan," demikian Siswanto.
Kepala Disnakertrans Kotawaringin Timur Johny Tangkere mengatakan, sekitar 95 persen peserta kegiatan Job Fair 2024 merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Ada 1.907 lowongan kerja yang dibuka pada Kotim Job Fair 2024.
Johny menduga, minimnya informasi terkait lowongan kerja, menjadi salah satu penyebab masih banyaknya warga yang belum mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu pihaknya menggelar Kotim Job Fair sebagai sarana informasi dan saluran bagi pencari kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News