Direktur Utama Asuransi Jasindo Andy Samuel mengatakan, meroketnya rasio kecukupan modal tersebut tak lepas dari peran banyak pihak, seperti pemegang saham (IFG dan Kementerian BUMN), regulator (OJK), pelanggan Jasindo, serta karyawan dan keluarga besar Jasindo.
"Saya secara pribadi ingin berterima kasih kepada klien-klien kami yang terus mempercayakan asuransi mereka kepada Jasindo dan saya optimistis Jasindo akan semakin maju ke depannya," kata Andy kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 4 April 2023.
Berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), berdasarkan POJK Nomor 71/POJK.05/2016, batasan minimum tingkat RBC perusahaan asuransi adalah 120 persen. Ini artinya, kondisi finansial Jasindo berada pada tingkat yang sehat.
Sementara itu, menurut Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo Diwe Novara, ada beberapa langkah yang dilakukan perusahaan dalam 'menyulap' RBC.
Diantaranya dengan melakukan restrukturisasi asuransi kredit sebagai bagian dari langkah penyehatan keuangan perusahaan, melakukan divestasi dan penyertaan saham, serta revaluasi aset milik Jasindo.
IFG sebagai holding yang menaungi Jasindo pun telah mendukung rencana penyehatan keuangan Jasindo dengan memberikan pinjaman pemegang saham sebesar Rp250 miliar.
Selain RBC yang sudah di atas ketentuan OJK, cadangan teknis Jasindo juga mencapai Rp9,2 triliun. Cadangan teknis ini sebagai komitmen dan kemampuan Jasindo dalam memenuhi potensi kewajiban di masa depan.
Dijelaskan lebih lanjut, RBC dan cadangan teknis yang kinclong tersebut memperlihatkan kondisi perusahaan yang sehat dan bersiap tumbuh di tahun ini.
Bidik penerimaan premi hampir Rp4 triliun tahun ini
Menyinggung prediksi OJK terkait pertumbuhan industri asuransi tahun ini pada kisaran tujuh sampai sembilan persen secara tahunan (yoy), Diwe mengaku optimistis.
Menurutnya, Jasindo memandang pertumbuhan tersebut merupakan hal yang wajar. Ini karena pertumbuhan industri asuransi di Tanah Air pascapandemi covid-19 cukup menunjukkan hasil yang positif.
"Selain itu penggarapan bisnis berfokus pada risk appetite perusahaan di 2023 yang memiliki target penerimaan premi pada 2023 sebesar Rp3,99 triliun di mana hal ini memberikan kenaikan sebesar 22,76 persen dibandingkan pencapaian premi 2022 sebesar Rp3,25 triliun," papar dia.
Baca juga: Perusahaan BUMN Ini Rebut Peluang di Tengah Menggeliatnya Industri Asuransi |
Sasar segmen korporasi
Senada dengan itu, Direktur Bisnis Strategis Asuransi Jasindo Syah Amondaris mengatakan ke depannya perusahaan akan memperkuat segmentasi bisnis korporasi di 2023 ini.
Bisnis asuransi korporasi dirasa masih sangat menjanjikan untuk tahun ini lantaran perkembangan dunia bisnis seperti LoB Property, Marine (cargo & hull), Energy Offshore dan Onshore, Engineering, serta Tanggung Gugat yang masih akan terus berkembang.
"Saat ini Asuransi Jasindo juga melakukan refocusing pada segmentasi korporasi sebagai core competence. Jasindo membagi menjadi dua segmentasi, yaitu korporasi BUMN dan Korporasi Non BUMN," kata Aris, panggilan akrab Syah Amondaris.
Ia melanjutkan, pengembangan bisnis korporasi terus ditingkatkan melalui pelayanan yang berfokus untuk selalu memberikan risk solution sesuai kepada klien korporasi di mana hal ini merupakan core competence perusahaan.
"Selain mengerjakan segmentasi korporasi, Jasindo juga akan tetap mengerjakan produk-produk penugasan pemerintah seperti Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS), Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), dan Asuransi Barang Milik Negara (ABMN). Ini juga akan menjadi prioritas perusahaan," tutup Aris.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News