BBM beroktan rendah seperti premium dinilai sudah tidak sesuai untuk kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Saat ini mayoritas masyarakat sudah menggunakan teknologi terbaru yang mengharuskan konsumsi BBM dengan RON tinggi, minimal RON 92, seperti Pertamax.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai untuk mendorong konsumsi BBM RON tinggi, penjualan premium sudah seharusnya mulai dibatasi. Hanya saja, harus diakui ada tantangan lain, sisi konsumsi solar subsidi, banyak kendaraan yang angkutan yang digunakan.
"Dampaknya kalau tidak ada solar subsidi bisa berakibat naiknya ongkos transportasi dan harga barang bisa naik juga. Pasti pemerintah punya skema terbaik mendorong kendaraan angkutan menggunakan BBM dengan kualitas bagus," ujar dia dalam keterangannya, di Jakarta, Senin, 19 Juni 2020.
Pemerintah, kata Mamit, bisa membuat standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkannya, misalnya Euro IV, demikian juga membuat kebijakan fuel economy untuk kendaraan bermotor yang progresif.
Menurut dia, BBM RON tinggi seperti seri Pertamax, ibarat makanan bergizi bagi kendaraan. Apabila BBM yang dipakai berkualitas, maka performa dan keawetan mesin juga sangat terjaga. Karena itu, tidak menjadi persoalan ketika kendaraan keluaran lama pun menggunakan Pertamax.
Selain berdampak negatif bagi mesin kendaraan bermotor, lanjutnya, BBM RON rendah juga berakibat buruk terhadap lingkungan hidup dan kesehatan. Karena pembakaran tidak sempurna, maka BBM RON rendah akan menghasilkan emisi sangat tinggi. Selain itu, juga akan menghasilkan karbonmonoksida dan nitrogen dioksida yang juga tinggi. Penggunaan BBM berkualitas akan mendorong penurunan emisi dan memperbaiki kualitas udara.
Bahan bakar berkualitas juga membuat sistem pembakaran mesin (engine combustion) lebih sempurna sehingga lebih irit BBM, mesin awet dan mempermudah perawatan kendaraan. Mamit menuturkan beban negara untuk BBM akan berkurang karena dana kompensasi dialihkan ke sektor/pos lain yang lebih membutuhkan sehingga menjadi lebih tepat sasaran.
Angka yang menunjukkan mutu bahan bakar serta daya tahannya untuk menahan kompresi di ruang bakar sebelum terbakar secara spontan. Angka nilai oktan terentang dari 85-100. Semakin tinggi nilai oktan, semakin tinggi tekanan yang dapat diberikan terhadap bahan bakar di ruang bakar.
"Karena itu, tidak tepat jika kendaraan produksi terbaru, menggunakan BBM dengan oktan rendah, karena akan cenderung lebih banyak emisi gas rumah kaca, kemudian kurang dalam segi fuel economy, serta cenderung menghasilkan deposit yang lebih tinggi sehingga mesin tidak optimal," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News