Kota DKI Jakarta. Foto: MI.
Kota DKI Jakarta. Foto: MI.

Jakarta Perlu Perkuat Berbagai Alternatif Pendanaan Untuk Masuk Jajaran Teratas Global City

Arif Wicaksono • 15 Juli 2025 21:50
Jakarta: Peluang Jakarta untuk masuk dalam jajaran 20 kota terbaik dunia pada 2045 masih besar jika ditopang besarnya pendanaan dari berbagai sektor. Jakarta tak bisa tumbuh cepat dengan hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanda Daerah (APBD). 
 
Jakarta yang masih menduduki peringkat 74 Global City Index 2024 (sama seperti 2023) versi Global City Index versi AT Kearney masih memiliki  potensi besar karena size ekonomi yang menyumbang sekitar 17 persen perekonomian nasional.
 

Presiden Direktur, Kearney Indonesia Shirley Santoso mengatakan Jakarta membutuhkan banyak pendanaan untuk menaikan peringkat dalam Global City Index.  
 
“Kota-kota kita di Indonesia (termasuk Jakarta) masih lebih tergantung pada APBD. Padahal, untuk membangun suatu kota, kita harus bisa melihat berbagai revenue pembiayaan lain seperti municipal bond, PPP (Public-Private Partnership), private investment, dan sebagainya. Ini adalah bagian dari kerangka kerja keseluruhan yang kami bangun agar suatu kota bisa jauh lebih kompetitif,” tegas dia, Selasa 15 Juli 2025.

Untuk implementasi dan eksekusi ini, dia menuturkan, sebuah kota membutuhkan enabler yang sangat penting seperti sumber pendanaan (funding sources) yang jelas, kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), tata kelola dari sisi pemerintah kota, dan juga future-ready human capital. Yang terakhir ini harus dipersiapkan untuk memimpin transformasi di lapangan.
 
Dia yakin hal ini bisa mendorong kemampuan untuk membentuk trajectory sehingga pertumbuhan ekonomi Jakarta bisa mengikuti pertumbuhan kota global sehingga berkontribusi jauh lebih tinggi dari rata-rata PDB tahunan Indonesia.
 
“Eksekusi strategi yang sangat baik ini tidak hanya milik pemerintah, tetapi membutuhkan kolaborasi multi-pemangku kepentingan. Jadi, dibutuhkan juga kolaborasi dan dukungan dari sektor swasta, akademisi, serta NGO (Non-Governmental Organization) dan sebagainya,” tegas dia. 
 
Shirley Santoso mengatakan Global Cities Framework telah merinci elemen-elemen penting dari keunggulan perkotaan yang ditujukan untuk memberdayakan kota agar mampu berkembang secara global. 
 
“Namun, keberhasilan implementasinya bergantung pada tiga faktor utama: memastikan ketersediaan sumber pendanaan yang berkelanjutan dan beragam, membangun pipeline  sumber daya manusia yang kuat, serta siap menghadapi masa depan untuk memimpin transformasi di lapangan." tegas dia. 
 
Dia mencontohkan faktor pendaaan yang mendorong kemajuan kota-kota Tiongkok menjadi maju sangat signifikan. Bahkan dia berani mengatakan pendanaan Jakarta jauh tertinggal dibandingkan kota-kota kecil di China seperti Guangzhou atau Shanghai. Pendanaan kota itu bisa mencapai 5 hingga 6 kali lipat dari Jakarta sehingga mendorong aktivitas bisnis.
 
“Pendanaan yang dibutuhkan untuk menjadikan Jakarta kota global itu sangat signifikan. Oleh karena itu, Jakarta tidak bisa hanya mengandalkan APBD,” tegas dia. 
 
Dia menuturkan Jakarta harus melibatkan sektor swasta, mencari skema pembiayaan kreatif, seperti dana abadi (endowment fund) dan obligasi daerah (municipal bond). Skema-skema ini sangat umum dan sudah diterapkan oleh banyak kota global di dunia.
 
"Skema pendanaan ini sangat penting karena besarnya pembangunan yang dibutuhkan Jakarta, seperti perpipaan untuk mitigasi banjir, transportasi publik (MRT, LRT, busway), semuanya sangat signifikan dan krusial," tegas dia.
 
Pembangunan Jakarta juga akan membutuhkan kolaborasi multi-pemangku kepentingan. Sektor swasta dan semua pihak, Ini juga termasuk perubahan pola pikir masyarakat untuk mendukung dan berpartisipasi dalam transformasi kota. Hal-hal kecil ini sangat penting untuk transformasi kota.
 
“Beberapa sektor yang penting bagi Jakarta adalah ekonomi jasa (service economy). Mengingat karakteristik Jakarta, ekonomi jasa akan tetap sangat penting. Ini mencakup MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions), industri pariwisata, sektor kesehatan, dan jasa keuangan. Jakarta saat ini juga sedang memikirkan bagaimana menjadi pusat ekonomi berbasis ekonomi selanjutnya (next economy),” tegas dia.

Persaingan dengan Kota Global 

Senior Principal di Kearney Rohit Sethi mengatakan Jakarta harus bersaing dengan kota global lainnya dalam menciptakan iklim bisnis yang baik bagi investor untuk mendorong target menuju papan atas dalam Global City pada 2040. 
 
“Jika kita melihat peringkat Global Cities Index, data menunjukkan bahwa angka absolut dari berbagai indikator Jakarta sebenarnya terus meningkat setiap tahun. Jadi, kita tidak bisa mengatakan Jakarta tidak maju. Jakarta bahkan mengalami kemajuan yang sangat baik,” tegas dia.
 
Tantangannya adalah ketika dibandingkan dengan kota-kota lain, kemajuan mereka justru jauh lebih pesat dari Jakarta. Itulah sebabnya peringkat Jakarta cenderung turun. Banyak kota di Asia, termasuk negara-negara peer juga mengalami penurunan peringkat, dan ini sebagian besar disebabkan oleh perkembangan pesat di Tiongkok.
 
“Biasanya di Jakarta, kita membandingkan diri dengan kota-kota di Asia Tenggara seperti Bangkok, Kuala Lumpur (Malaysia), Manila, dan Ho Chi Minh. Dari pengamatan kami, hanya Bangkok yang berhasil meningkatkan peringkatnya dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan ini karena pembangunan di banyak bidang, termasuk infrastruktur dan sumber daya manusia (human capital). Ada banyak ekspatriat di sana, dan mereka juga fokus pada industri seperti pengolahan makanan,” tegas dia.  
 
Selain itu, masuknya Shanghai ke jajaran 10 besar mencerminkan kepemimpinan APAC yang semakin kuat. Menariknya, tujuh dari delapan kota dengan peningkatan tercepat dalam satu dekade terakhir menurut GCI berasal dari China yang didorong kuat oleh aktivitas bisnis dan pengembangan sumber daya manusia. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan