Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet Dwi Pramadia.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet Dwi Pramadia.

Peluang Indonesia Raup 'Untung' di Tengah Risiko Geopolitik Global

Eko Nordiansyah • 05 April 2022 14:30
Jakarta: Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai ancaman pemulihan ekonomi yang bergeser pada eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) saat ini menghadirkan peluang di tengah tantangan. Bahkan, Indonesia dinilai bisa mendapatkan 'keuntungan' dari kondisi ini.
 
Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Abdurohman mengatakan, kenaikan harga energi akibat tensi geopolitik yang meningkat telah membawa efek positif bagi neraca perdagangan Indonesia karena menggerek beberapa komoditas utama seperti batu bara, nikel, dan tembaga.
 
"Sebenarnya harga komoditas sudah mulai meningkat di 2021 lalu. Kemudian diamplifikasi oleh konflik Rusia-Ukraina. Ini yang sangat tergantung dari skenario seberapa panjang konflik akan terjadi. Jadi kalau konfliknya berlangsung lama, itu pengaruhnya juga akan panjang ke komoditas kita," kata dia dilansir dari laman resmi Kemenkeu, Selasa, 5 April 2022.

Neraca perdagangan Indonesia konsisten mencatatkan surplus selama 22 bulan beruntun dengan surplus sebesar USD3,83 miliar pada Februari 2022. Peningkatan ekspor mendorong terjadinya surplus tersebut, meskipun pada saat yang sama impor juga meningkat untuk mendukung aktivitas produksi.
 
Ekspor di Februari 2022 tercatat tumbuh 34,14 persen (yoy), didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas unggulan serta sektor manufaktur yang masih tumbuh kuat. Sedangkan impor tumbuh 25,43 persen (yoy), didominasi oleh jenis barang input atau bahan baku dan barang modal.
 
Senada, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan juga memiliki pendapat yang sama. Menurutnya, fenomena commodity supercycle yang terjadi tahun lalu belum akan mereda dan harga-harga komoditas global diprediksi masih tetap akan tinggi.
 
"Nilai ekspor Indonesia untuk produk CPO dan turunannya serta produk-produk pertambangan (batu bara, timah, nikel, dan tembaga) diproyeksikan akan mengalami peningkatan pada kuartal II-2022," ungkap Kasan.
 
Kasan menilai terdapat peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspornya dengan adanya sanksi ekonomi negara-negara barat kepada Rusia. Sebagai contoh, AS telah menjatuhkan sanksi berupa larangan impor untuk komoditi migas dan batu bara dari Rusia, yang kemudian diperluas lagi ke sektor lainnya seperti sektor perikanan, minuman beralkohol dan perhiasan.
 
Hal tersebut menurut Kasan tentu menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat mengisi pasar AS khususnya untuk produk-produk perikanan (HS 03) yang nilai impormya dari Rusia pada 2021 mencapai USD1,2 miliar. Sementara untuk data impor AS dari Indonesia untuk produk perikanan di tahun lalu mencapai USD1,4 miliar.
 
"Di tengah berkurangnya pasokan di pasar AS akibat sanksi ekonomi tersebut, Indonesia tentu memiliki peluang untuk mengisi kebutuhan dan meningkatkan pangsa pasar di AS," pungkas Kasan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan