Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Moekti Prasetiani Soejachmoen mengatakan secara teknis resesi terjadi saat kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Namun kontraksi diprediksi lebih dalam jika masyarakat dan pelaku usaha tidak merespons.
"Kita tidak perlu terlalu terpaku pada kata-kata resesi itu tadi. Karena resesi itu suatu yang kalau pada saat masyarakat atau bisnis merasa ini resesi dan mereka akhirnya menahan belanja menahan kegiatan ekonomi malah akhirnya resesi itu makin dalam," kata dia dalam webinar di Jakarta, Kamis, 15 Oktober 2020.
Ia menambahkan, ekonomi akan semakin turun apabila masyarakat tidak melakukan konsumsi, sementara dunia usaha juga tidak berproduksi. Untuk itu, Moekti menyarankan agar masyarakat maupun dunia usaha tetap bisa menjalankan aktivitas ekonomi seperti biasa.
"Sebenarnya kita sudah mengalami perlambatan, jadi untuk kita cepat keluar dari resesi ini maka kita perlu tetap melakukan kegiatan ekonomi. Apakah itu kita melakukan belanja atau kita berproduksi," ungkap dia.
Hingga kuartal III, perekonomian Indonesia mulai menunjukan perbaikan ditandai dengan meningkatnya Purchasing Managers Index (PMI) yang sempat berada di 50,8 pada Agustus. Meskipun pada September PMI turun ke 47,2 karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jilid II di DKI Jakarta.
Sementara itu, penjualan ritel juga mulai membaik setelah sebelumnya tumbuh negatif sebesar minus 12,3 persen pada Juli 2020 kemudian membaik jadi minus 10,13 persen di Agustus 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id