"Transformasi digital pada bidang kesehatan mendorong berbagai kemungkinan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan," kata Ketua Umum Asosiasi Healthtech Indonesia (AHI) Gregorius Bimantoro, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 30 November 2022.
Bahkan, tambahnya, penanganan dan pencegahan penyakit kronis yang salah satunya diabetes mellitus merupakan salah satu upaya penting. Dengan teknologi kesehatan upaya tele-kesehatan mulai dari promotif dengan tele-edukasi, preventif primer maupun sekunder sampai kepada tele-monitoring dapat dilakukan.
"Kesehatan digital hadir bukan sekadar menggantikan tatap muka sesaat melainkan pemantauan kesehatan yang terus menerus dilakukan dengan menggunakan wearables sebagai alat terhubung/Internet of Things (IoT) dengan dukungan kerja sama segenap tenaga kesehatan mulai dari perawat, dokter, dan edukator," ucapnya.
Baca: Bahlil: Presiden Jokowi Bukan Menakut-nakuti, Tapi Harus Siap Hadapi Ancaman Resesi! |
Sanofi Indonesia Public Affairs & Market Access Head Naomi Juliandary menambahkan pihaknya berkomitmen memberikan pelayanan penyeluruh dan optimal bagi penyandang diabetes di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan meluncurkan Program Dukungan untuk Pasien Diabetes pada April 2021.
"Program ini merupakan dukungan yang terintegrasi dan membantu dokter dalam memberikan edukasi bagi penyandang diabetes yang ditangani oleh dokter," ucapnya.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan penyakit diabetes melitus semakin meningkat di Indonesia. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di 2018 menunjukkan prevalensi diabetes melitus meningkat menjadi 10,9 persen.
"Dan prediksi International Diabetes Federation (IDF) memprediksikan ada peningkatan jumlah penderita diabetes di Indonesia dari 10,7 juta di 2019 menjadi 13,7 juta di 2030," tuturnya.
Di sisi lain, pemerintah menempatkan pembangunan sumber daya manusia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebagai modal utama pembangunan nasional. Hal itu untuk menuju pembangunan yang inklusif dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Kebijakan tersebut diambil untuk memanfaatkan momentum bonus demografi yang saat ini terjadi di Indonesia yang memiliki 70 persen penduduk berusia produktif dengan jumlah angkatan kerja yang mencapai 144 juta orang.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tiga semester terakhir berada di atas lima persen. Terkait kinerja impresif pertumbuhan ekonomi tersebut, Airlangga menyampaikan, menurut Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Indonesia telah menjadi titik terang di tengah kesuraman ekonomi dunia.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan prediksi IMF diperkirakan akan berada di kisaran 5,3 persen pada 2022 secara yoy dan pada 2023 diperkirakan tetap berada dalam kisaran lima persen. Melihat pertumbuhan secara regional, Airlangga berharap regional Indo-Pasifik di 2023 dapat menjadi penggerak perekonomian dunia.
"Bila disiapkan dengan baik, angkatan kerja yang dimiliki Indonesia merupakan potensi besar untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional sehingga angkatan kerja tersebut diharapkan bisa sejahtera sebelum tua," pungkas Airlangga.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News