"Mungkin banyak yang belum tahu bahwa salah satu unit pendidikan Kemenperin mempunyai peran yang cukup besar dalam membangun alat GeNose C19," kata Agus dalam keterangan resmi, Rabu, 19 Mei 2021.
Agus menuturkan alat pendeteksi covid-19 dengan hembusan nafas tersebut harus diproduksi massal lantaran telah digunakan di berbagai tempat seperti stasiun dan bandara.
Terpilihnya SMK-SMTI Yogyakarta sebagai tempat perakitan oleh konsorsium pengembang GeNose C19 menunjukkan bahwa sekolah vokasi Kemenperin mempunyai kualitas di atas standar.
Melalui kerja sama tersebut, SMK-SMTI Yogyakarta menyediakan tempat produksi atau perakitan GeNoSe C 19, sekaligus memberdayakan dan memberikan kesempatan kepada siswa-siswi jurusan Kimia Industri untuk menjadi tenaga operator.
“SMK-SMTI Yogyakarta pada tahap awal produksi sudah mampu memenuhi target perakitan 3.000 unit GeNoSe C 19. Sedangkan produksi yang saat ini running untuk memenuhi target 2.000 unit. Jadi total 5.000 unit GeNoSe C19 yang dirakit di sini,” ujar Agus.
Ia bilang capaian yang telah dilakukan oleh SMK-SMTI Yogyakarta, sekaligus membuktikan bahwa unit pendidikan Kemenperin bisa mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjawab kebutuhan industri.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan mengatakan, kolaborasi perakitan GeNose C19 yang terjalin antara SMK-SMTI Yogyakarta dan konsorsium pengembang GeNose C 19 membuktikan program link and match antara sekolah vokasi Kemenperin dan industri berjalan baik.
"Kerja sama ini merupakan contoh nyata link and match antara unit pendidikan dengan industri dalam bentuk pengembangan teaching factory," jelas Arus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News