"Kami memulai tahun ini dengan harapan baru. Dengan meningkatnya peluncuran vaksin, kita sekarang mulai melihat tanda-tanda normal yang menggembirakan," kata Hou Wey Fook, dalam CIO Insights Bank DBS yang digelar secara virtual, Senin, 28 Juni 2021.
Ia menambahkan perkembangan terakhir di Amerika Serikat (AS) dan sebagian Eropa menunjukkan pemulihan yang kuat usai terhantam keras pandemi covid-19. Adapun Produk Domestik Bruto (PDB) AS diperkirakan tumbuh lebih dari enam persen di tahun ini atau lebih baik dari pertumbuhan minus 3,5 persen di tahun lalu.
"Dengan pemulihan berbentuk V ini, kekhawatiran inflasi yang tercermin dari lonjakan harga komoditas telah muncul kembali. Akankah Federal Reserve melepaskan langkahnya dan mengurangi kebijakan stimulusnya? Jika demikian, apakah sentimen bullish akan berbalik arah?" tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, Bank of Canada, diikuti oleh Bank of England termasuk di antara bank sentral pertama yang mengurangi pembelian obligasi, dan yang lainnya diperkirakan mengikuti. Diyakini bank sentral tersebut akan tetap menjaga kebijakan moneter untuk mendukung perekonomian.
"Namun, kami yakin mereka akan meyakinkan dalam mengkomunikasikan bahwa suku bunga akan tetap terikat nol untuk jangka waktu yang cukup lama," tuturnya.
Dirinya menjelaskan pelajaran taper tantrum di Mei 2013, di mana imbal hasil obligasi melonjak, akan menyebabkan Fed mengambil jalan lambat dalam menarik stimulus moneternya terutama karena mereka melihat angka inflasi yang meningkat saat ini bersifat sementara.
"Di samping tingginya tingkat likuiditas yang tidak diinvestasikan, kami tetap konstruktif pada prospek aset berisiko. Kami terus menganjurkan agar Anda tetap berinvestasi dalam ekuitas, obligasi, dan emas melalui pendekatan portofolio kami," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News