Ilustrasi Transisi Energi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi Transisi Energi. Foto: Medcom.id

Butuh Dana hingga USD1 Triliun, Pemerintah Minta Pebisnis Keroyokan Garap Transisi Energi

Annisa ayu artanti • 01 September 2022 10:48
Nusa Dua: Peralihan energi fosil ke energi baru dan terbarukan membutuhkan pendanaan yang besar. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, percepatan transisi energi di Indonesia membutuhkan investasi hingga USD1 triliun di 2060 untuk pembangkit EBT dan transmisi.
 
"Kebutuhan finansial semakin tinggi mengingat kami bakal menerapkan pensiun dini PLTU batu bara di tahun-tahun mendatang," kata Rida saat menghadiri acara Dialog Business 20 G20 (B20-G20) di Nusa Dua, Bali, dikutip dalam keterangan tertulis, Kamis, 1 September 2022.
 
Besarnya pendanaan tersebut, menurutnya memerlukan mobilisasi semua sumber keuangan. Mulai dari pendanaan perusahaan privat hingga pendanaan yang berasal dari publik.
 
Baca juga: Dukung Transisi Energi, Luhut Lempar Pujian kepada PLN 
 
"Kerja sama dan kolaborasi di antara semua pemangku kepentingan energi terbarukan, termasuk publik-swasta dan kemitraan bisnis ke bisnis, memiliki peran penting untuk memastikan semua potensi energi terbarukan dimanfaatkan," jelasnya.
 
Dalam roadmap NZE di 2060 terdapat penambahan pembangkit EBT hingga 700 GW yang berasal dari solar, hidro, biomassa, angin, laut, panas bumi, serta hidrogen dan nuklir.
 
"Kami juga akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan menghentikan pembangkit listrik fosil secara bertahap, program de-dieselisasi dan menerapkan teknologi bersih seperti CCS/CCUS," ungkapnya.
 
Guna mencapai hal tersebut, pemerintah mempunyai beberapa beberapa strategi dari segi permintaan (demand). Terdapat tiga sektor utama yang menjadi fokus pemerintah, yaitu transportasi, industri, rumah tangga dan komersial.
 
Di sektor transportasi, pemerintah akan meningkatkan pemanfaatan bahan bakar nabati, penetrasi kendaraan listrik, penggunaan hidrogen untuk truk, bahan bakar ramah lingkungan untuk penerbangan, bahan bakar rendah karbon untuk pengiriman (amonia, hidrogen, bahan bakar nabati), bahan bakar elektronik yang berasal dari biosyngas, hidrogen hijau, dan elektrifikasi kapal untuk jarak dekat.
 
Sektor industri akan diperuntukan untuk meningkatkan pangsa listrik, hidrogen sebagai substitusi gas, substitusi biomassa, penyebaran CCS. Sementara dari sektor rumah tangga dan komersial, pemerintah mengakselerasi penggunaan kompor induksi, pemanfaatan gas kota, hingga program efisiensi energi, antara lain optimalisasi pengelolaan energi dan penggunaan peralatan yang hemat energi.

"Semua upaya dari sisi suplai dan demand ini akan mengurangi emisi sebesar 1.789 juta ton CO2e pada 2060. Kita akan mencapai nol emisi dari sektor ketenagalistrikan, namun 129 juta ton emisi karbon tetap ada di sektor industri dan transportasi," tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan