Hal itu disampaikan Sandiaga ketika meluncurkan Program Towards Climate Positive Tourism Through Decarbonization And Eco-Tourism yang mencakup peluncuran platform untuk melakukan pelunasan karbon, lima kawasan destinasi proyek percobaan rendah karbon, dan deklarasi menurunkan karbon emisi di sektor pariwisata.
"Kami mendapatkan kemitraan yang kuat dari kementerian/lembaga dan dunia usaha," ujarnya di Plataran Menjagan di Buleleng, Taman Nasional Bali Barat, Bali, dilansir dari Antara, Jumat, 8 Juli 2022.
Seperti diketahui, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Jejak.in, yakni platform yang memungkinkan wisatawan melakukan penghitungan jejak karbon selama perjalanan di Indonesia.
Dengan menghitung jejak karbon, katanya, maka memungkinkan wisatawan menyalurkan sejumlah dana guna mendukung program-program pilihan, seperti penanaman pohon, energi terbarukan, atau pengembangan ekowisata.
Baca: Naik Lagi, Cadangan Devisa RI Capai USD136,4 Miliar di Juni |
Kemudian, pihaknya meluncurkan lima destinasi proyek percobaan rendah karbon di pelbagai tempat. Mulai dari Plataran Menjagan dan Mangrove Tembudan Berseri di Berau, Kalimantan Timur. Selanjutnya destinasi Pantai tiga warna di Malang Jawa Timur, Bukit Peramun di Bangka Belitung, dan Taman Wisata Mangrove Klawalu di Sorong, Papua.
"Plataran Menjagan menjadi tempat bersejarah karena dari sini kita akan mulai perjuangan memastikan pariwisata bukan berkontribusi terhadap emisi karbon, tapi kita justru berkontribusi untuk mereduksi emisi karbon. Langkah itu kita mulai penuh keseriusan, dan kita yakini akan menciptakan lapangan kerja baru dan berkualitas,” ungkap Sandiaga.
Berdasarkan data booking.com dengan 29 ribu responden di 30 negara, sekitar 83 persen wisatawan percaya bahwa perjalanan berkelanjutan penting secara global dan 69 persen di antaranya berkomitmen mengurangi jejak karbon dari setiap perjalanan mereka.
Menyiapkan paket wisata
Menurut dia, pelaku industri pariwisata harus menyiapkan paket-paket wisata untuk ekowisata yang dipromosikan melalui platform digital agar setiap perjalanan pelancong bisa memberikan dampak positif terhadap lingkungan.Menparekraf menyatakan kebanyakan yang berminat mengurangi jejak karbon di Indonesia, khususnya Bali berasal dari kalangan milenial dan generasi Z dengan kategori umur 18-35 tahun, kelas menengah hingga menengah ke atas, serta mayoritas tersebar di Australia, Eropa, dan Amerika Serikat.
“Akan muncul ekowisata-ekowisata warrior dan champions yang akan memandu setiap kunjungan wisatawan melakukan carbon offset melalui mekanisme digitalisasi yang sudah diperlihatkan oleh Jejak.in dan banyak lagi para mitra yang berikan peluang untuk berkontribusi mencapai net zero,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News