Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan, perkembangan industri logam dan baja melesat seiring membaiknya perekonomian nasional pasca-pandemi covid-19. Pada kuartal II-2022, kinerja industri logam dasar tercatat tumbuh sebesar 15,79 persen, naik signifikan dibandingkan kuartal I-2022 yang mencapai 7,90 persen.
Pertumbuhan sektor industri logam dasar ini di atas pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang tercatat pada angka 4,01 persen. "Bahkan, lebih tinggi juga dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44 persen," kata Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian Liliek Widodo dalam keterangan resminya, Kamis, 18 Agustus 2022.
Pertumbuhan tersebut sejalan dengan perbaikan-perbaikan kebijakan yang mengacu pada mekanisme smart supply-demand sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 4 Tahun 2021. Dampak positif dari kebijakan itu, lanjut Liliek, membuat pertumbuhan tahunan pada industri logam dasar tinggi selama dua tahun terakhir, yaitu 11,46 persen pada 2020 dan 11,31 persen pada 2021.
Neraca perdagangan besi dan baja juga mengalami surplus sejak 2020. Pada semester I-2022, neraca perdagangan baja mengalami surplus sebesar 107 ribu ton atau senilai USD6,6 miliar. "Pengendalian impor dilakukan dengan mekanisme smart supply-demand agar impor dapat selalu tepat sasaran," tutur Liliek.
Selanjutnya dari sisi ekonomi makro, peran PDB industri logam dasar pada kuartal II-2022 sebesar 0,84 persen terhadap total PDB nasional, atau mengalami peningkatan 0,01 persen dari kuartal I-2022 sebesar 0,83 persen.
"Hal ini didukung realisasi investasi yang tinggi pada sektor industri logam, yaitu sebesar Rp48,2 triliun, meningkat 21,50 persen dibanding kuartal I-2022 sebesar Rp39,67 triliun," imbuhnya.
Guna menjaga iklim usaha industri baja nasional yang kondusif, Liliek menambahkan, pihaknya juga sedang menyelesaikan Neraca Komoditas (NK) Besi dan Baja yang sudah diusulkan ke Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
"Pemerintah selalu berupaya menjaga keseimbangan pasok dan kebutuhan baja nasional pada titik optimal agar industri baja dan industri-industri penggunanya dapat terus bertumbuh secara maksimal," ujar Liliek.
Pertumbuhan sektor industri logam dasar ini di atas pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang tercatat pada angka 4,01 persen. "Bahkan, lebih tinggi juga dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44 persen," kata Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian Liliek Widodo dalam keterangan resminya, Kamis, 18 Agustus 2022.
Pertumbuhan tersebut sejalan dengan perbaikan-perbaikan kebijakan yang mengacu pada mekanisme smart supply-demand sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 4 Tahun 2021. Dampak positif dari kebijakan itu, lanjut Liliek, membuat pertumbuhan tahunan pada industri logam dasar tinggi selama dua tahun terakhir, yaitu 11,46 persen pada 2020 dan 11,31 persen pada 2021.
Neraca perdagangan besi dan baja juga mengalami surplus sejak 2020. Pada semester I-2022, neraca perdagangan baja mengalami surplus sebesar 107 ribu ton atau senilai USD6,6 miliar. "Pengendalian impor dilakukan dengan mekanisme smart supply-demand agar impor dapat selalu tepat sasaran," tutur Liliek.
Baca juga: Genjot Hilirisasi, Jokowi Targetkan Ekspor Baja Tahun Ini Capai Rp440 Triliun |
Selanjutnya dari sisi ekonomi makro, peran PDB industri logam dasar pada kuartal II-2022 sebesar 0,84 persen terhadap total PDB nasional, atau mengalami peningkatan 0,01 persen dari kuartal I-2022 sebesar 0,83 persen.
"Hal ini didukung realisasi investasi yang tinggi pada sektor industri logam, yaitu sebesar Rp48,2 triliun, meningkat 21,50 persen dibanding kuartal I-2022 sebesar Rp39,67 triliun," imbuhnya.
Guna menjaga iklim usaha industri baja nasional yang kondusif, Liliek menambahkan, pihaknya juga sedang menyelesaikan Neraca Komoditas (NK) Besi dan Baja yang sudah diusulkan ke Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
"Pemerintah selalu berupaya menjaga keseimbangan pasok dan kebutuhan baja nasional pada titik optimal agar industri baja dan industri-industri penggunanya dapat terus bertumbuh secara maksimal," ujar Liliek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News