"Peran minyak dan gas bumi dalam transisi energi sangat penting karena bahan bakar fosil masih memegang peranan penting dalam pemenuhan energi nasional," katanya dalam acara Indonesian Petroleum Association (IPA) 2022, Rabu, 21 September 2022.
Namun untuk menuju net zero emissions pada 2060 pengembangan industri hulu migas harus tetap memperhatikan iklim. Menurutnya transisi energi harus terukur dengan pengelolaan yang disesuaikan.
"Dalam konteks energi rendah karbon, peran gas alam sangat penting sebagai energi transisi sebelum dominasi bahan bakar fosil beralih ke energi terbarukan dalam jangka panjang," ujarnya.
Baca juga: Wah! Dunia Bisa Hemat USD12 Triliun Kalau Beralih ke EBT |
Dalam menjalankan transisi energi, lanjut Arifin, pihaknya akan melakukan dengan beberapa tahapan dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan. Salah satunya dengan penerapan CCUS.
Pemerintah saat ini sedang menyusun Peraturan Menteri tentang CCS/CCUS. Pada langkah pertama, fokus utamanya adalah mengatur CCS/CCUS untuk Enhanced Oil Recovery, Enhanced Gas Recovery atau Enhanced Coal Bed Methane di wilayah kerja migas.
"Mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi minyak dan gas dan target emisi karbon, kita harus mempromosikan teknologi rendah emisi dan inovasi, misalnya melalui penerapan CCUS," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan, ada 14 proyek CCS/CCUS di Indonesia, namun semua kegiatan masih dalam tahap studi/persiapan, namun sebagian besar ditargetkan onstream sebelum 2030.
Salah satu proyek menjanjikan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah Tangguh Enhanced Gas Recovery (EGR) dan CCUS.
"Proyek ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga 2035 serta meningkatkan produksi hingga 300 BSCF hingga 2035. Tangguh EGR/CCUS dapat menjadi role model pengembangan gas di Indonesia ke depan," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News