Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Foto: MI/Panca Syurkani
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Foto: MI/Panca Syurkani

Transisi Energi, Migas Tetap Dibutuhkan untuk Kepastian Energi

Media Indonesia • 14 September 2022 12:19
Jakarta: Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyatakan meski energi terbarukan akan memainkan peran penting di masa depan, minyak dan gas masih dibutuhkan untuk kepastian keamanan energi.  
 
Oleh karena itu, isu transisi energi perlu ditangani secara hati-hati dengan mempertimbangkan kesinambungan, keamanan, dan ketersediaan energi.
 
Salah satu isu global yang mempengaruhi industri migas dunia adalah transisi energi, sebagaimana disebutkan dalam protokol Kyoto, Paris Agreement, atau kesepakatan global lainnya yang juga dirancang oleh banyak negara, termasuk Indonesia.  

"Komitmennya untuk mengurangi emisi karbon. Di sektor migas, beberapa perusahaan migas ternama sudah memasukkan pengurangan emisi karbon ke dalam strategi portofolio mereka. Kondisi ini memperketat persaingan untuk menarik investasi ke sektor migas," ujar Dwi dalam Oil & Gas Exhibition 2022 di Kuala Lumpur, Malaysia, yang dilansir Media Indonesia, Rabu, 14 September 2022.
 
Baca juga: RI Bentuk Global Blended Finance Alliance, Luhut Ajak Anggota G20 Bangun Ekonomi Biru

Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi dunia pascapandemi covid-19 dan krisis Rusia-Ukraina, turut mendorong naiknya permintaan dan harga migas. Oleh karena itu, tekanan untuk meningkatkan produksi migas juga semakin tinggi.
 
Dwi menambahkan, sebagai kawasan yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara merupakan yang tercepat di dunia, sehingga kawasan ini membutuhkan energi untuk menopang pertumbuhan tersebut.
 
"Kami mendukung penuh komitmen pemerintah terhadap energi terbarukan, namun kami juga sangat yakin bahwa sektor migas, khususnya gas, masih sangat relevan dalam memainkan peran yang lebih strategis dalam transisi energi. Tantangannya kini adalah bagaimana meningkatkan produksi, sekaligus mengurangi emisi karbon pada saat yang bersamaan," kata dia.
 
Dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan mengupayakan target emisi, Indonesia tidak hanya sedang mengejar target produksi minyak sebesar satu juta bpd dan gas sebesar 12 miliar kubik pada 2030, tetapi juga meningkatkan dampak berganda bagi perekonomian serta mendorong kesinambungan lingkungan.
 
Dwi optimistis gugusan kepulauan Indonesia masih menyimpan cadangan potensial. Dari 128 basin, produksi migas Indonesia baru berasal dari 20 basin. Masih ada 68 persen yang belum dieksplorasi. Pengeboran eksplorasi baru-baru ini di Laut Andaman menunjukkan hasil positif dengan adanya potensi cadangan gas.
 
"Kami mengundang lebih banyak kegiatan eksplorasi di kawasan ini. Kami ingin melakukan pengeboran 700 struktur, kami berharap menemukan potensi besar. Kami juga menjajaki kegiatan eksplorasi besar-besaran untuk menemukan potensi cadangan migas non-konvensional," ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan